GELORA.CO - Presiden Chili Sebastian Pinera memberlakukan keadaan darurat di Santiago pada Sabtu pagi (19/10) setelah unjuk rasa berakhir menjadi kerusuhan di ibukota tersebut.
Sistem metro (transportasi angkutan cepat) ditutup setelah unjuk rasa yang dipicu oleh kenaikan tarif transportasi menjadi kacau balau. Di beberapa stasiun, pengunjuk rasa membakar barang-barang, menjarah toko, membakar bus, menghancurkan pintu masuk stasiun pada Jumat sore (18/10).
Alhasil, seperti yang dimuat Reuters, keesokan harinya Pinera harus menyatakan keadaan darurat. Lebih lanjut, pemimpin sayap kanan ini juga menuntut oknum-oknum yang telah mengacaukan unjuk rasa untuk bertanggung jawab.
Dalam beberapa hari mendatang, pemerintah akan menyerukan dialog untuk meringankan penderitaan mereka yang terkena dampak kenaikan tarif," ujar Pinera dalam pidato yang disiarkan di televisi.
Sementara itu, sejak pemerintah menaikan tafir metro pada 6 Oktober lalu, siswa sekolah menengah dan mahasiswa sudah memulai protes. Sayangnya, saat protes kemarin, terdapat "pengacau" yang melakukan berbagai aksi kekerasan. Akibatnya, pemerintah saat ini menutup 136 stasiun metro yang menghubungkan jalur lebih dari 87 mil.
Menurut pejabat terkait, sistem metro akan tutup hingga akhir pekan atau sampai situasi aman.
Sebelum berubah menjadi kekacauan, kepala metro dan menteri dalam negeri, Menteri Transportasi Gloria Hutt mengatakan kepada wartawan kenaikan tarif tidak akan dibatalkan
Meski menjadi salah satu negara terkaya di Amerika Latin, namun biaya hidup di Chili khususnya Santiago sangat mahal. Unjuk rasa kenaikan tarif metro ini juga memicu seruan untuk melakukan reformasi besar-besaran mulai dari pajak negara hingga aturan perburuhan.(rmol)