GELORA.CO - Penurunan proyeksi ekonomi dunia yang dirilis International Monetary Fund (IMF) di angka 3 persen tak bisa dianggap sepele oleh pemerintah Indonesia.
Terlebih negara China yang kerap bekerja sama dengan Indonesia juga mengalami penurunan serupa, yakni dari 6,5 persen menjadi 6 persen.
"Penurunan itu dampaknya sangat besar sekali untuk Indonesia. Bahkan pelemahan ekonomi China berimplikasi langsung ke kita karena volume perdagangan China ke kita besar sekali," kata ekonom Salamudin Daeng kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (18/10).
Dampak pelemahan dunia ini juga berimbas pada melemahnya seluruh harga-harga komoditas yang selama ini menjadi andalan Indonesia. Menurutnya, risiko permintaan komoditas itu akan semakin jeblok.
"Harga minyak akan turun, batu bara, hingga berbagai macam komoditas primer akan turun. Ini adalah pukulan keras ke APBN dari segi penerimaan karena sektor komoditas ini kan utama," tegasnya.
Oleh karenanya, ia menganggap pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa diatasi asal demand domestik ada merupakan pernyataan salah kaprah.
Bahkan hal yang lebih parah, kondisi seperti ini akan membuat investor pikir-pikir memberikan investasi di Indonesia.
"Investasi akan bermasalah karena orang enggak ada harapan pertumbuhan, jadi untuk apa invest?" tandasnya. (Rmol)