GELORA.CO - Gencatan senjata antara Turki dan Suriah tampaknya tidak ada artinya. Hanya berselang sehari setelah setuju melakukan gencatan senjta, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan peringatan akan melanjutkan operasi skala penuh terhadap pasukan Kurdi.
Kamis (17/10), Turki dan Pasukan Demokratik Kurdi Suriah (SDF) sepakat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence. Namun kemudian pada Jumat (18/10), Turki diketahui telah menyerang pasukan Kurdi lagi.
"Terlepas dari kesepakatan untuk menghentikan pertempuran, serangan udara dan artileri terus menargetkan posisi para pejuang, pemukiman sipil, dan rumah sakit di kota perbatasan Ras al-Ain," ujar Jurubicara SDF seperti yang dilandir dari Channel News Asia.
Dalam kesepakatan itu, Turki memberikan jeda lima hari untuk para pejuang Kurdi meninggalkan "zona aman". Namun Ergogan mengatakan para pejuang Kurdi tidak kunjung pergi.
"Jika janji itu ditepati hingga Selasa malam (22/10), masalah zona aman akan diselesaikan. Jika gagal, operasinya akan dimulai di menit 120 jam setelah kesepakatan berakhir," ujar Erdogan kepada wartawan pada saat itu.
Sebuah kelompok pemantau perang, Observatorium Suriah untuk hak asasi manusia (HAM) mengatakan, 14 warga sipil terbunuh oleh serangan udara Turki dan tembakan mortir SDF di dan sekitar desa Bab al-Kheir.
Menanggapi pertempuran yang tidak berhenti meski ada gencatan senjata, Presiden AS Donald Trump mengatakan kedua pihak sebenarnya masih "ada niat baik dan peluang yang sangat bagus untuk sukses".
Sementara itu, seorang pejabat senior Pentagon mengatakan pasukan AS akan melakukan pengintaian udara di zona aman dengan tujuan untuk mengawasi penjara yang menahan pejuang Negara Islam (ISIS).(rmol)