GELORA.CO - Dua kader Partai Nasdem dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Kepresidenan sebagai calon menteri Kabinet Kerja Jilid II mendatang.
Keduanya adalah Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate dan Syahrul Yasin Limpo.
Kepada wartawan, Johnny mengaku diajak berdiskusi dengan Jokowi mengenai masalah digital data.
Menurutnya, diskusi seputar kebutuhan Indonesia mengenai pengembangan startup bisnis dan persiapan regulasi data digitalisasi.
“Soal penempatan, kita menunggu besok (Rabu, 23/10),” ujarnya usai bertemu Jokowi.
Lebih lanjut, Johnny membantah spekulasi bahwa Partai Nasdem akan mengambil posisi sebagai oposisi pemerintahan Jokowi.
Spekulasi berkembang lantaran partai besutan Surya Paloh tidak senang dengan kehadiran Partai Gerindra dalam barisan koalisi.
“Kader Nasdem masa menolak penugasan (Presiden). Itu ciri khas gerakan perubahan dan kesiapan hati,” tegasnya.
Mengenai kehadiran Gerindra, Johnny menguraikan bahwa yang terpenting saat ini adala soliditas bangsa.
Tokoh-tokoh politik harus bersatu kembali menyingsingkan lengan baju untuk Indonesia ke depan.
“Bagi Nasdem untuk kemajuan bangsa kita harus beriringan,” pungkasnya.
Sementara, Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap membantuk Presiden Jokowi menjalankan tugas pemerintahan di kabinet.
Meski begitu, usai perbincangan dengan Jokowi, Yasin belum tahu posisi apa yang akan diembannya di dalam kabinet.
Hanya saja ada sinyal bidang apa yang akan menjadi posisinya nanti dari pembicaraan dengan Jokowi.
“Saya tidak disampaikan menteri apa, tapi intinya bagaimana membuat 267 juta jiwa itu bisa kami jamin kehidupannya lebih baik, lebih damai, teratur, dan terpenuhi kesejahteraannya di bidang perkebunan, pertanian, peternakan,” ungkapnya kepada media di Istana, Selasa (22/10/2019).
Syahrul Yasin selalu menegaskan sebagai Kader Partai Nasdem selalu siap untuk bekerja mendukung Jokowi demi cita-cita mensejahterakan rakyat.
“Presiden meminta saya sebagai bagian dari sebuah partai Nasdem untuk masuk dalam kabinet kerja kedua, bagi Nasdem dan seluruh jajarannya termasuk saya mendukung Jokowi sejak 2014 adalah totalitas,” tegasnya.
“Saya terimkasih dengan segala pengalaman dari lurah, bupati, gubernur, dengan segala daya yang saya miliki atas nama kepentngan rakyat, kami berharap kabinet kedua itu memberi kontribusi positif,” ungkapnya lagi.
Sebelumnya, Surya Paloh menyatakan Partai Nasdem siap menjadi oposisi pemerintah.
“Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi,” kata Surya Paloh usai pelantikan Jokowi-Ma’ruf, Minggu (20/10) kemarin.
Ketua DPP Nasdem Irma Chaniago mengamini pernyataan Surya Paloh. Menurutnya, ketumnya selalu serius dengan apa yang dilontarkannya.
“Memang pernah Pak Surya Paloh main-main dengan pernyataan beliau?” tegasnya kepada wartawan, Senin (21/10/2019).
Salah satu pertimbangan adalah, masuknya Partai Gerindra ke dalam koalisi pemerintah.
Irma menyatakan, masuknya partai berlambang kepala burung garuda itu akan membuat demokrasi di Indonesia tidak seimbang.
“Kalau semua parpol masuk ke koalisi pemerintah, lalu siapa yang jadi checks and balances dan penyambung aspirasi rakyat?” katanya.
Karena itu, Irma menyatakan partainya siap menggantikan posisi Partai Gerindra di barisan oposisi.
“Dan kalau itu terjadi, tentu Nasdem siap mengorbankan diri untuk berada di sisi rakyat. Siap menjadi penyampai aspirasi rakyat,” ucapnya.
Kendati demikian, Irma menegaskan bahwa komitmen Partai Nasdem mendukung Jokowi-Ma’ruf tidak berubah.
“Justru dengan menjadi mitra kritis maka Nasdem melaksanakan dwifungsi, sebagai pengawal presiden sekaligus menjadi penyambung aspirasi rakyat,” katanya. [ps]