GELORA.CO - Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, bermanuver menemui Presiden Joko Widodo yang merupakan rivalnya di Pilpres 2019.
Merespons hal itu, Ketua Presidium Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif, menyayangkan Prabowo dan Gerindra yang kurang sensitif terhadap barisan masyarakat yang memilihnya.
"Hanya menyayangkan PS (Prabowo Subianto) dan Gerindra kurang sensitif dengan perasaan emak-emak, umat Islam, dan lain-lain yang selama ini ikhlas mendukung dan telah berkorban untuk beliau," kata Slamet dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Senin (14/10/2019).
Dia mengatakan, pihak 212 tak akan pernah terpancing dengan istilah rekonsiliasi yang tak menjunjung ketidakadilan dan kecurangan.
Ia pun menyinggung beberapa persoalan yang dinilai kriminalisasi terhadap ulama dan aktivis 212.
"Jangan bicara rekonsiliasi dengan kami jika tidak setop kriminalisasi ulama dan aktivis 212. Jangan bicara rekonsiliasi jika msih melindungi penista agama," tutur Slamet.
Kemudian, ia menyinggung rekonsiliasi namun tak jelas dalam mengungkap kasus kematian sejumlah warga saat kerusuhan di Jakarta pada 21-22 Mei 2019. Begitupun dengan pengungkapan tewasnya 700 petugas pemilu.
Selain itu, ia mengingatkan kembali komitmen Prabowo dalam pemulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS), kembali ke Tanah Air.
"Jangan bicara rekonsiliasi dengan kami sebelum Imam Besar kami, Habib Rizieq, dipulangkan," ujar Slamet.
Isu Gerindra akan merapat ke Jokowi makin mencuat jelang pelantikan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih periode 2019-2024.
Ada kabar Gerindra sudah dijatah menteri di kabinet. Namun, hal ini pun masih menjadi teka-teki.
Sinyal makin menguat pasca Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, menemui Joko Widodo di Istana Negara pada Jumat (11/10/2019).
Elite Gerindra menyebut kepastian sikap politik partai akan diputuskan pada Rapat Kerja Nasional atau Rakernas pada 15-17 Oktober 2019.
Rakernas ini akan berlangsung hanya beberapa hari jelang pelantikan Jokowi. [mc]