GELORA.CO - Di akhir periode pertama masa pemerintahannya, Presiden Joko Widodo tetap diapresiasi positif oleh mayoritas masyarakat.
Setidaknya hal tersebut tergambar dari hasil survei Litbang Kompas per Oktober 2019, yang menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Jokowi-JK tetap tinggi, yakni 58,8 persen. Sebelumnya pada Maret 2019, tingkat kepuasan masyarakat berada di angka 59,6 persen.
"Ini adalah bukti bahwa rakyat Indonesia tetap mengapresiasi positif kerja-kerja pemerintah, terlepas dari segala dinamika yang terjadi belakangan ini," ujar anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR, Charles Honoris, di Jakarta, Jumat (18/10).
Dalam publikasi survei yang dilakukan Litbang Kompas itu juga ditunjukkan bagaimana tingkat kepuasan masyarakat yang tinggi atas kinerja pemerintah, juga berbanding lurus dengan citra diri Presiden Jokowi. Disebutkan, 73,3 persen publik menilai citra diri Jokowi "baik".
"Citra baik Jokowi ini menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan oleh pemerintah di sejumlah bidang dalam 5 tahun terakhir tidak lain adalah berkat kepemimpinan yang baik dari Sang Presiden,"ungkapnya.
Charles menilai, tingkat kepuasaan masyarakat dan citra diri "baik" Jokowi yang tetap tinggi di ujung masa pemerintahan pertama ini adalah wujud optimisme masyarakat dalam menyongsong periode kedua pemerintahan Jokowi.
"Optimisme ini jadi modal penting Jokowi-Maruf Amin dan jajaran pemerintahan yang terbentuk nantinya, untuk terus bekerja, kerja, kerja menggenapi janji-janji kampanyenya," jelasnya.
Charles menyadari, tantangan pemerintahan Jokowi-Maruf ke depan tidaklah mudah. Baik itu tantangan internal maupun eksternal.
"Mulai dari tantangan konsolidasi nasional, sampai ancaman resesi global. Namun dengan modal optimisme masyarakat dan konsistensi kerja keras pemerintah, kita yakin tantangan tersebut bisa teratasi," katanya.
"Tidak ada tantangan yang terlalu besar, jika kita semua bersatu padu dan bergotong royong menghadapinya," tukas Charles menambahkan.
Survei Litbang Kompas dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia pada 19 September-4 Oktober 2019. Responden dipilih dengan metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error 2,83 persen. [rmol]