Kapolri Sebut Tewas Sesak Nafas, Kenapa Ibu Maulana Tak Percaya?

Kapolri Sebut Tewas Sesak Nafas, Kenapa Ibu Maulana Tak Percaya?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Maspupah masih tak percaya anaknya, Maulana Suryadi, 23 tahun, tewas karena sesak nafas seperti yang diumumkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Ia menduga anak sulungnya itu tewas karena dianiaya saat kerusuhan demonstrasi pelajar, Rabu 25 September 2019

“Kata polisi, mungkin dia meninggal karena asma akibat menghirup gas air mata. Gak mungkin, saya gak percaya,” kata perempuan berusia 53 tahun itu saat ditemui di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu 2 Oktober 2019.

Maspupah mengatakan, saat menengok di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, ia mendapati wajah anaknya bengkak. Tak hanya itu, ia sempat melihat darah keluar dari kuping anaknya.

Sesampainya di rumah duka di daerah Jalan Tanah Rendah 3, Tanah Abang, pada Jumat dini hari, darah itu masih mengalir. Kata Maspupah, dia harus beberapa kali mengganti kapas yang disumpalkan ke hidung dan telinga jasad Maulana untuk menahan darah yang terus mengucur.

Bahkan, saat hendak dikuburkan, darah tersebut tak berhenti keluar. Maspupah memperlihatkan foto pemakaman Maulana. Di bagian kain kafan yang menutupi wajah terdapat bercak darah yang cukup banyak.

“Gak mungkin, masak meninggal karena asma sampai mengeluarkan darah dari hidung dan kuping begitu,” katanya.

Keterangan yang sama diberikan oleh kakak tiri Maulana, Bayu. Saat memandikan jenazah adiknya, Bayu menyebut tubuh bagian atas Maulana hitam kebiruan. Ia mengatakan terdapat luka lebam yang cukup parah di bagian leher kanan dan kiri, serta punggung Maulana.

Bayu juga menyebut kepala bagian belakang Maulana terasa lembek. “Mukanya bengkak sekali. Itu bekas lukanya seperti dihantam benda tumpul,” kata dia.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan satu orang tewas dalam demonstrasi pelajar yang berujung kerusuhan di sekitar Gedung DPR pada pada Rabu 25 September lalu. Tito memastikan yang tewas adalah salah satu perusuh. 

"Informasinya sementara ini yang bersangkutan meninggal dunia. Bukan pelajar dan mahasiswa, tapi kelompok perusuh itu," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam, Kamis 26 September 2019.

Tito menjelaskan bahwa bentrokan terjadi antara TNI-Polri dan kelompok perusuh di daerah Slipi. Saat itu perusuh membakar pos polisi dan kendaraan serta melempari aparat dengan batu ang dibalas dengan gas air mata. Saat itulah satu orang pingsan di lokasi kejadian.

Dia dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati namun nyawanya tak terselamatkan. Dugaan sebab kematian: kekurangan oksigen atau sesak nafas, "Atau gangguan fisiknya."

Kapolri Tito membantah korban tewas akibat tindakan represif polisi. "Tak ada satupun luka tembak atau penganiayaan, karena saya juga sudah sampaikan untuk tidak gunakan senjata tajam." [tc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita