Penulis: Nasrudin Joha
Malang nian nasib jendral kita ini, Prabowo Subianto. Setelah merasa tak mendapat garansi berkunjung ke Jokowi, pergi ke Surya Paloh dan akhirnya Prabowo ‘ngasor’ sowan ke Cak Imin agar mendapat restu menjadi Makmum Jokowi.
Bukannya mendapat apresiasi, Prabowo justru disebut masbuk. Masbuk adalah istilah bagi Makmum sholat yang terlambat berjamaah. Menurut PKB, Prabowo datang akhir, datang belakangan, jadi jatah menteri ya terakhir. Itupun kalau masih ada sisa kursi.
Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengibaratkan sinyal bergabungnya Gerindra ke koalisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sebagai ‘makmum masbuk’ dalam salat. Hal ini disampaikan oleh Waketum PKB Jazilul Fawaid yang menjelaskan maksud pernyataan Cak Imin.
Kalau mau tega, mungkin Cak imin bilang Prabowo itu tidak punya wudlu. Jadi tidak sah bermakmum kepada Jokowi. Dulu saja, Prabowo menuding Jokowi mencurangi Pilpres, masak sekarang merapat, menyatakan kalah, dan meminta jatah ?
Surya Paloh tak terlalu langsung menolak Prabowo, karena Surya Paloh juga kemungkinan akan bernasib sama dengan Prabowo. Diabaikan Mega. Hanya, Surya Paloh masih bisa berdeklamasi dibalik wacana amandemen konstitusi menyeluruh bersama Prabowo. Hehe, pinter saja partai ini bermanuver.
Namun, Irma chaniago Nasdem tegas-tegasan tak nyaman dengan merapatnya Prabowo ke kubu Jokowi. Dulu kan Prabowo lawan Jokowi ? Kenapa sudah kalah gabung ? Seharusnya, Prabowo bersama Gerindra jadi oposan saja. Kalau merapat ke Jokowi, khawatir menggeser jatah menteri partai pengusung Jokowi. Khususnya khawatir menggeser jatah Nasdem.
Bagi partai pengusung Jokowi, Prabowo cuma merusak kebahagiaan pesta kemenagan Jokowi yang diusung partai koalisi Jokowi. Waktu musim tanam tidak mau berkeringat, giliran tinggal panen pura-pura mendekat biar diajak panen bareng.
Apalagi PKB, jelas punya ambisi besar. Dulu minta 10 kursi, sekarang minta 5 menteri. Belum lagi, unsur PKB yang juga NU, minta porsi tersendiri dari NU. Kehadiran Prabowo cuma dianggap mengurangi selera makan pada acara pesta kemenagan partai pengusung Jokowi.
Itulah, kondisi yang dihadapi Prabowo. Dia, telah menuai tuah dan akibat dari meninggalkan Pendukung dan pemilihnya. Mendapat balasan dari mengabaikan ulama dan elemen pergerakan Islam.
Saat ini partai Gerindra tak memiliki pijakan jelas, apakah berkoalisi atau beroposisi. Berkoalisi, peluang ketua MPR RI telah hilang, mengais menteri harapannya juga kecil, apalagi ditengah keengganan partai pendukung Jokowi.
Mau balik badan menjadi oposisi sudah kehilangan momentum. Apapun narasi yang digaungkan Prabowo, tak akan lagi menarik simpati umat. Saat ini, Prabowo Kemana-mana hanya membawa kartu mati. Kasihan. (*)