GELORA.CO - Sekretaris Jenderal PPP, Arsul Sani mengaku bingung soal rumor politikus Fadli Zon akan menjadi menteri dalam kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin.
Arsul Sani menyebut selama ini Fadli Zon sudah kerap memberi kritikan namun menyerang personal presiden.
"Ya karena kritiknya dia (Fadli Zon) kan terhadap Pak Jokowi bukan hanya soal kebijakan, tapi personal gitu kan masalah kan personalnya," ujar Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Kamis (17/10/2019).
Meski demikian, bagi PPP, tidak penting siapa orang yang bakal menduduki kursi menteri dalam kabinet Jokowi periode kedua.
"Terpenting menurut saya, ini ilmunya dari Pak Prabowo, jangan melakukan apa yang oleh Albert Einstein itu sebagai insanity, atau kegilaan, ketidaksadaran. Itu melakukan hal hal yang rutin yang kita sudah tahu hasilnya ya bakal begitu-begitu saja gitu loh," ujarnya.
Seperti diketahui, isu Fadli Zon bakal menduduki kursi menteri dalam kabinet Jokowi-Maruf Amin terus berkembang.
Adapun posisi menteri yang kerap disangkutpautkan dengan Fadli Zon yakni Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan.
Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sudah menyiapkan tugas baru bagi Fadli Zon.
"Pak Prabowo sudah menyampaikan akan menyiapkan posisi dan tugas-tugas baru bagi Pak Fadli Zon," kata Riza di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (17/10/2019).
Riza tidak menjawab dengan tegas apakah tugas baru tersebut adalah menteri apabila Gerindra masuk ke dalam pemerintahan.
Riza hanya mengatakan bahwa urusan menteri atau kabinet merupakan hak prerogatif presiden.
"Kami tidak pada posisi meminta-minta atau menawar-nawarkan di mana dan siapa," katanya.
Sementara itu, Fadli Zon sudah angkat suara soal teka-teki arah sikapnya dalam pemerintahan presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin, lima tahun ke depan.
Apakah bersikap oposisi atau memilih ikut bergabung pemerintah.
Secara pribadi, Fadli mengungkapkan, ia masih sangat ingin beroposisi.
Namun mantan Wakil Ketua DPR RI itu mengaku tidak bisa mengambil keputusan partai sendiri.
"Kalau saya yang ditanya saya maunya jadi oposisi, tapi kan saya tidak bisa mengambil keputusan sendirian. Bukan saya yang mengambil keputusan," kata Fadli di Perpusnas, Jakarta Pusat, Rabu (9/10/2019).[tn]