GELORA.CO - Perusahaan minyak milik China, China National Petroleum Corp (CNPC) menarik diri dari kesepakatan senilai 5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 70 triliun (kurs: Rp 14.179/dolar AS) untuk mengembangkan ladang minyak South Pars, Iran.
Demikian disampaikan oleh Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zangeneh, Minggu (6/10) seperti yang dilaporkan oleh Al Jazeera yang mengutip dari SHANA.
Meski tidak menjelaskan atau memberikan alasan penarikan kontrak, namun kuat diduga hal ini dikarenakan kebijakan tekanan maksimum yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) pada Iran dan perang dagang antara AS dan China.
Meski demikian, pemerintah China belum memberikan konfirmasi terkait keputusan tersebut.
Terpisah di hari yang sama, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengungkapkan kepada parlemen,
"Kami telah menghadapi banyak masalah di bidang investasi karena kebijakan tekanan maksimum AS," katanya.
Meski demikian, menurut seorang Analis Politik Iran, Saeed Leilaz, walaupun China meninggalkan proyek, China akan tetap menjadi mitra dagang utama Iran.
Proyek ladang minyak South Pars sendiri diperkirakan akan memiliki kapasitas 2 miliar kaki kubik gas alam sehari dengan pembangunan 20 sumur dan dua platform kepala sumur.
Berdasarkan ketentuan kesepakatan awal, Total SA Perancis memiliki 50,1 persen saham, dengan CNPC mendapatkan 30 persen dan perusahaan Iran Petro Pars mendapatkan 19,9 persen. Dengan penarikan Total SA Perancis pada 2006 karena sanksi AS, CNPC telah mengambil alih saham tersebut.
"Sekarang Petro Pars akan mengembangkan ladang sendiri," tandas Zangeneh. (Rmol)