Bicara Jakarta Tenggelam, Jonan: Air Laut Sudah sampai Monas

Bicara Jakarta Tenggelam, Jonan: Air Laut Sudah sampai Monas

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kementerian ESDM melalui Badan Geologi turut menaruh perhatian besar terhadap kondisi lingkungan di Jakarta. Salah satu yang menjadi isu besar adalah kota metropolitan ini berpotensi tenggelam.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menerangkan, pihaknya melalui Badan Geologi sudah melakukan kajian terkait penurunan permukaan tanah. Tercatat hingga 2013 permukaan tanah di Jakarta sudah turun 40 meter dari asalnya, khususnya di Jakarta bagian utara.

"Itu dalam jangka waktu mungkin 50-100 tahun. Tapi belakangan membaik. Dalam 4 tahun (sejak 2013-2018) permukaan air tanah sudah naik dari penurunan 40 meter jadi ke 35 meter," ujarnya dalam acara Media Gathering 'Selamatkan Air Tanah Jakarta, Sekarang atau Tunggu Jakarta Tenggelam di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Menurut catatannya penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta Utara bisa mencapai 12 cm per tahun. Jonan menilai catatan itu sudah cukup mengkhawatirkan dan patut untuk diberi perhatian khusus.

"Coba kalau 10 cm per tahun saja, itu 10 tahun sudah 1 meter. Kalau 50 tahun sudah 5 meter. Jadi ini persoalan yang menurut saya jadi persoalan bersama," ujarnya.

Dampak yang sudah jelas terlihat adalah wilayah di pesisir Jakarta Utara. Air laut sudah masuk dan mengurangi batas wilayah di Jakarta Utara.

Masuknya air laut ke wilayah Jakarta sudah menimbulkan intrusi atau masuknya air laut ke pori-pori batuan yang mencemarkan air tanah. Menurut catatan Badan Geologi intrusi air laut sudah mencapai wilayah Monas bagian utara.

"Intrusi air lautnya sudah sampai Monas area utara. Kalau dibiarkan terus intrusi air lautnya makin parah, ekologi lingkungannya makin banyak," tambahnya.

Salah satu penyebab penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut adalah pengambilan air tanah yang berlebihan. Untuk itu Jonan menghimbau agar seluruh masyarakat Jakarta memanfaatkan air permukaan tanah yang diolah oleh PDAM.

"Saya di rumah pakai PDAM. Memang air PDAM hanya bisa melayani sebagian; saya nggak tau angka persisnya. Kalau perlu diekspansi, mengelola airnya dari sungai, waduk atau apa. Jadi tidak dari air tanah karena bebannya besar," tutupnya.[dt]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita