GELORA.CO - Sedikitnya 109 orang tewas dan lebih dari 6.000 lainnya terluka akibat unjuk rasa yang berakhir bentrok selama 6 hari di Irak, Senin (7/10).
Dilansir Associated Press, berdasarkan keterangan pejabat keamanan dan petugas medis setempat, 12 orang dikonfirmasi tewas pada Senin pagi. Namun sayang, tak ada rincian lebih lanjut yang disampaikan pejabat tersebut.
Dalam unjuk rasa yang dimulai sejak Selasa (1/10), meriam air, gas air mata, peluru tajam, hingga peluru karet digunakan pasukan keamanan guna menghalau massa. Namun dalam laporan Al Jazeera, pemerintah Irak membantah pasukan keamanannya menembaki demonstran secara langsung.
Sementara itu, sejak Minggu (6/10), pasukan keamanan meningkatkan pengamanan di Baghdad hingga Kota Sadr dan menutup Lapangan Tahrir.
Pengunjuk rasa semakin parah ketika Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi memberlakukan jam malam meski kemudian ditarik kembali pada Sabtu (5/10).
Selain itu, ketegangan juga diperburuk dengan matinya akses internet hampir secara total untuk menghambat komunikasi antarpengunjuk rasa dan penyebaran informasi melalui media sosial.
Diketahui, unjuk rasa Irak yang didominasi oleh pemuda ini dilakukan untuk menentang korupsi, pengangguran, dan pelayanan publik yang buruk. (Rmol)