GELORA.CO - Afganistan kembali bergelok pasca adanya ledakan. Ledakan tersebut menargetkan sebuah masjid di Provinsi Nangarhar.
Setidaknya 62 orang meninggal dan 36 orang lainnya terluka ketika bom meledak di masjid saat para jamaah sedang melaksanakan ibadah salat Jumat (18/10).
Atap masjid runtuh dalam serangan yang menurut pemerintah dilakukan oleh Taliban.
"Baik pria dewasa maupun anak-anak tewas dan terluka dalam serangan itu," ujar Jurubicara Gubernur Provinsi Nangarhar, Attahullah Khogyani.
Sementara itu, dalam akun Twitternya, Jurubicara Presiden Afganistan Ashraf Ghani, Sediq Sediqqi mewakili pemerintah mengutuk serangan bunuh diri tersebut.
"Taliban dan mitra mereka melakukan kejahatan keji, terus menargetkan warga sipil pada waktu ibadah," tambahnya.
Meski pemerintah menyalahkan Taliban, namun kelompok militan tersebut belum memberikan konfirmasinya.
Jurubicara Departemen Kesehatan Masyarakat, Zahir Adil mengatakan 23 orang yang terluka dipindahkan ke ibukota provinsi, Jalalabad dan sisanya dirawat di klinik distrik Haskamena.
Menanggapi serangan ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sangat mengutuk serangan tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Direktur Amnesty International yang juga mengatakan serangan tersebut telah melanggar hukum humaniter internasional.
Serangan ini menjadi serangan yang paling banyak memakan korban dalam 18 tahun terakhir. (Rmol)