GELORA.CO - Malaysia sedang digoyang ajakan untuk memboikot produk-produk non-muslim sejak akhir Agustus lalu. Maksudnya, warga Malaysia diajak untuk membeli produk yang dibuat dan dijual oleh orang-orang muslim, ketimbang buatan non-muslim.
Dilansir FreeMalaysiaToday, Rabu, 11 September 2019, aksi ini berawal dari kicauan di Facebook fan page mulai Desember lalu. Awalnya adem-adem saja, sampai bulan lalu diskusi untuk melakukan boikot produk non-muslim mulai menarik perhatian netizen Malaysia.
Aksi ini ramai setelah Muslim Consumers Association of Malaysia (PPIM) dan Malaysian Chambers of Entrepreneurs Business Development (MCED) menyerukan larangan pembelian produk muslim yang menggunakan aksara Jawi.
Hal ini dipicu seruan Islamic Development Department yang meminta sertifikat halal harus dikeluarkan dalam bahasa asli dari produsen produk tersebut sehingga konsumen bisa mengidentifikasi apakah produk itu dari produsen muslim atau bukan.
Namun belum lama ini, akibat kontroversi yang semakin meluas, pengusaha muslim di Penang mulai memperhalus kampanye tersebut. Mereka meminta agar masyarakat lebih memilih untuk membeli produk hasil produksi warga muslim atau produk Islami di negara tersebut.
Kampanye tersebut dinamakan Buy Muslim-made first yang digaungkan kelompok LSM Gerakan Pembela Ummah (Ummah). Kampanye ini mulai diinisiasi di Penang pada Minggu 8 September 2019. Mereka diminta untuk memprioritaskan membeli produk islami atau buatan lokal Malaysia (bumiputera).
Wakil ketua nasional gerakan Ummah, Mohammad Zai Mustafa mengatakan Penang dipilih karena merupakan wilayah bisnis yang ramai dan salah satu kota terbesar di wilayah utara.
"Penang dapat memberikan peluang bagi produk-produk Muslim, jadi saya pikir kami dapat membantu pengusaha Muslim mempromosikan produk mereka di sini," katanya dilansir The Star.
Dalam acara itu hadir 50 pengusaha Muslim yang berkumpul di Hotel Pen-Mutiara.
Zai Mustafa mengatakan, kampanye itu bukan untuk memboikot tetapi untuk memberdayakan ekonomi dan menciptakan lingkungan yang sehat antara komunitas Muslim dan lainnya.
"Kami tidak melakukan boikot, kami hanya membantu Muslim dan juga pemerintah mempromosikan ekonomi yang lebih sehat, lebih baik," tuturnya. [vv]