GELORA.CO - Dugaan penyebab tabrakan beruntun di tol Cipularang, Senin (2/9/2019) mulai terkuak. Tabrakan maut yang melibatkan 21 kendaraan ini ditengarai bermula dari kecelakaan tunggal dump truck pengangkut tanah.
Korlantas Mabes Polri menyatakan, truk tersebut terguling dan posisinya melintang. Keterangan itu didapat berdasarkan hasil sementara olah tempat kejadian perkara (TKP). Direktur Penegakan Hukum (Dirgakkum) Mabes Polri Brigjen Pol Pujiyono Dulrachman mengatakan saat truk sedang dievakuasi, datang lima kendaraan dari arah Bandung menuju Jakarta.
Kelima kendaraan itu kemudian berhenti di dekat truk terguling.
"Tiba-tiba, dari atas (arah Bandung) datang lagi dump truck pengangkut tanah dengan kecepatan tinggi. Truk itu mengalami rem blong," ujar Pujiyono, Senin (2/9/2019).
Di belakang truk kedua itu, datang 15 kendaraan lainnya. Akibatnya, 21 kendaraan mengalami kecelakaan beruntun. Bahkan, dalam kejadian itu, empat kendaraan di antaranya hangus terbakar. Dari empat kendaraan yang terbakar, tiga di antaranya berjenis minibus.
Kecelakaan maut pun tak bisa dihindari di Km 92 jalur B arah Jakarta tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat. Akibatnya, delapan orang meninggal dunia. Enam korban di antaranya meninggal dunia karena luka bakar. Adapun korban luka berat sebanyak tiga orang dan 25 orang mengalami luka ringan.
"Korban sudah kita evakuasi semua dan disebar ke empat rumah sakit yang ada di Purwakarta," ujar Pujiyono.
Pihak kepolisian sudah mengidentifikasi seluruh kendaraan. Begitu pula dengan korban yang selamat. Namun, belum semua korban meninggal dunia berhasil diidentifikasi karena kendaraan maupun korbannya hangus terbakar dalam kejadian tersebut.
"Dari 21 kendaraan itu, empat di antaranya hangus terbakar, termasuk penumpang di dalamnya," ujar Pujiyono.
Pujiyono mengatakan akan terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti dari kejadian ini. Oleh karena itu, setelah melakukan evakuasi terhadap korban maupun bangkai kendaraan, jajarannya langsung melakukan olah TKP.
Namun, saat sudah memasuki petang, olah TKP dihentikan dan akan dilanjutkan pada Selasa (3/9).
"Jika dipaksakan untuk olah TKP pada malam hari, khawatir hasilnya tidak akan akurat," ujar dia.[tsc]