GELORA.CO - Sejak Senin (23/9/2019) hingga Selasa (24/9/2019) ini, mahasiswa dari berbagai penjuru daerah melakukan aksi turun ke jalan memprotes dan menyuarakan keresahan yang dialami rakyat.
Memang, belakangan ini berbagai persoalan sedang menerpa Indonesia, mulai dari pergolakan yang terus terjadi di Papua hingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, lambannya penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta korban kabut asap, pengesahan revisi Undang-Undang KPK, sampai luasnya penolakan beberapa RUU produk DPR dan Pemerintah yang hendak disahkan.
Wakil Ketua Komite I DPD RI, Fahira Idris, yang membidangi persoalan politik, hukum, dan HAM, mengungkapkan, aksi mahasiswa di berbagai daerah adalah tanda bahwa kondisi bangsa ini sedang tidak baik-baik saja.
Apa yang disuarakan mahasiswa itu, menurutnya, adalah gumpalan keresahan sebagian besar rakyat atas kondisi bangsa dan perilaku para elitenya.
Gumpalan keresahan ini harus disuarakan mahasiswa agar para elite negeri ini kembali bertindak sesuai amanat para pendiri bangsa.
“Negara ini sedang tidak tentu arah, wajar mahasiswa resah. Segala indeks kehidupan dalam kondisi yang tidak mengembirakan. Ekonomi tak kunjung tumbuh, defisit perdagangan, Papua dirundung pergolakan, bencana karhutla dan kabut asap terus mengancam, kondisi BPJS Kesehatan yang mengkhawatirkan, dan korupsi yang semakin menjadi. Beban rakyat masih harus ditambah dengan kontroversi berbagai produk RUU,” ujar Fahira Idris, di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Menurut Fahira, harusnya setelah gelaran Pemilu 2019 tuntas dan hasilnya petahana kembali terpilih, rakyat disuguhkan optimisme memandang bangsa ini ke depan.
Namun, kondisi akhir-akhir ini menunjukkan gejala sebaliknya. Mahasiswa turun ke jalan hanya untuk mengingatkan para pengambil kebijakan negeri ini agar segera kembali menjalankan amanat para pendiri bangsa dan cita-cita reformasi yang hingga detik ini belum sepenuhnya tuntas.
“Mahasiswa yang saat ini turun ke jalan itu maksudnya baik. Mereka korbankan pikiran, waktu, dan tenaga untuk mengingatkan para pemimpin agar mengelola negeri ini dengan cara yang baik dan demokratis. (Gerakan mahasiswa) Jangan dituding macam-macam karena itu sama saja menghina aspirasi kebanyakan rakyat. Jangan juga dianggap enteng karena yang mereka suarakan adalah kehendak sebagain besar rakyat. Saya harap hak-hak mahasiswa menyuarakan aspirasi dilindungi sesuai amanat undang-undang,” tukas Senator Jakarta ini. [mc]