GELORA.CO - Pemerintah harus tegas mengatasi krisis dan unjuk rasa yang berujung rusuh di berbagai kota di Papua. Demo yang membawa isu kasus rasisme itu nyatanya ditunggangi dengan kepentingan menyuarakan referendum dan kemerdekaan Papua.
Aksi ini juga menimbulkan kekhawatiran akan memunculkan provokasi di kota-kota lain. Salah satunya munculnya grafiti yang diduga dilakukan mahasiswa atau warga Papua di kota kelahiran Presiden Jokowi di Solo.
Selama sepekan ini berbagai aksi terkait kondisi Papua semakin marak di Solo Jawa Tengah. Pemkot Solo kini juga disibukkan dengan munculnya bebagai grafiti tuntutan Papua merdeka di beberapa lokasi.
“Kami mengintensifkan patroli wilayah membersihkan aksi corat-coret tersebut. Agus khawatir aksi itu memicu provokasi. Beberapa grafiti antara lain bertuliskan “Papua Merdeka” lengkap dengan peta Papua,” ujar salah seorang petugas satpol PP, Agus Setiawan, seperti dikutip VOA, Senin (2/9)
Pemkot Solo mencatat gambar dan tulisan provokasi itu ditemukan di setidaknya empat lokasi. Belum diketahu siapa pelaku aksi grafiti itu, namun polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui pelaku vandalisme di Solo itu.
Kapolresta Solo, AKBP Andy Rifai, juga berdialog dengan para warga atau mahasiswa Papua di Solo. Andy berharap masyarakat tidak terprovokasi ataupun saling mencurigai.
“Saya harapkan masyarakat tidak terprovokasi. Kami sudah berkomunikasi dengan teman teman dari Papua di Solo terkait adanya isu vandalisme. Mereka merasa tidak nyaman dengan adanya vandalisme Papua itu,” kata Andy.
Andy mengimbau masyarakat untuk bijak dan pintar memilah apakah isu tersebut hanya provokatif dan bekerja sama dengan aparat untuk mencegah hal-hal tersebut.
Menurut Andy, aksi-aksi itu juga membuat warga Papua yang tinggal di Solo, baik untuk bekerja maupun bekerja, merasa tidak nyaman. Polisi kini mengupayakan pengejaran pelaku dan meningkatkan patrol untuk antisipasi. [ns]