Kisah Rumah Tua di Tengah Kompleks Apartemen Mewah

Kisah Rumah Tua di Tengah Kompleks Apartemen Mewah

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Rumah tua itu sekilas tampak biasa. Namun letaknya yang berada di tengah salah satu apartemen di Thamrin Executive Residence, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menjadi unik.

Posisi rumah ini berada di area kiri belakang gedung apartemen yang menjulang tinggi, tepatnya di bawah area gedung parkir kendaraan. Genting yang sudah usang tampak menutupi bagian atas rumah tua itu.

Posisi rumah terletak sekitar 2 meter di bawah permukaan jalan sehingga hanya atap genting bata usang saja yang terlihat ketika memasuki area belakang apartemen.

Pemilik rumah itu bernama Lieus (58) yang merupakan warga asli RT 07, RW 09, Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebelum apartemen dibangun, Lieus tinggal bertetangga dengan warga lainnya yang memilih menjual tanah saat pihak apartemen melakukan pembebasan lahan.

"Saya generasi ke-8 (yang menempati rumah itu), asli banget orang sini, bukan pendatang. Dulu jalannya di sini dari zaman tanah lempung," kata Lieus ketika detikcom berkunjung, Sabtu (21/9/2019).

Lieus mengaku mempertahankan tanahnya saat pembebasan lahan karena rumah tersebut menjadi saksi bisu kehidupan keluarganya turun-temurun. Bahkan saat pengembang apartemen melakukan pembangunan, Lieus tetap kekeh tak meninggalkan rumahnya.

"Bukan debu lagi (saat pembangunan apartemen), sampai nggak bisa tidur, ngantuk. Pokoknya kalau malem jadi siang, siang jadi malam. Tanya saja orang-orang di sini, orang bilang 'Ibu Lieus ini benar-benar wonder woman'. Bukan debu-debuan lagi, tapi mandi debu tiap hari," jelas Lieus.

Lieus juga mengeluh soal air bersih. Dia menceritakan semenjak apartemen beroperasi, dia mengalami krisis air bersih. "Sekarang mah nggak ada air. Kita ambil (air) di luar," keluhnya.

Lieus mengaku merogoh lebih dari Rp 100 ribu per hari untuk mendapatkan 25 galon air bersih. Puluhan galon tersebut dibawanya seorang diri menggunakan motor dari tempat agen pengisian ulang air.

Akses masuk rumah Lieus dari apartemen harus melewati jalan setapak menurun. Jalan itu terbuat dari semen sepanjang sekitar 3 meter dengan lebar sekitar setengah meter dan curam.

"Angkat galon sendiri. Makanya kalau hujan, jalan licin, kita tinggal jatuh sampai punggung saya sakit," tutur dia.

Pengelola Angkat Bicara

Menurut Pengelola Thamrin Executive Residence tak ada yang terganggu dengan keberadaan rumah milik Lieus.

"Rumah itu milik warga yang sejak dulu tinggal di sini, sebelum apartemen dibangun. Kalau kami kan konsultan, pengelola yang mengelola gedung apartemen ini. Saat pertama kami kelola, kondisinya sudah seperti itu (ada rumah tua)," kata Chief Customer Service Apartemen Thamrin Executive Residence, Emi, saat dimintai konfirmasi detikcom, Sabtu (21/9).

Emi mengatakan pihaknya menghargai keputusan pemilik yang bertahan tinggal di rumah itu sehingga pihaknya memilih hidup berdampingan, meski tak lazim.

"Jadi saling hidup berdampingan, tidak ada yang komplain, tidak ada yang terganggu, nyaman-nyaman saja gitu. Jadi selama ini tidak ada masalah apa pun. Penghuni juga tidak terganggu," ucap Emi.

Emi mengaku tak tahu persis cerita pembangunan apartemen yang melewati proses pembebasan lahan warga. "Itu pengembang ya (yang paham proses pembebasan lahan). Kami hanya mengelola, keadaan sudah seperti itu," sambung dia.

Emi menjelaskan, pada umumnya seseorang dikenai biaya parkir jika membawa kendaraan masuk ke komplek apartemen. Namun, untuk si pemilik rumah tua, aturan biaya parkir kendaraan tak diberlakukan.

"Dia mau parkir di situ ya monggo. Maksudnya dari segi parkir kita juga tidak kenakan apa-apa, maksudnya dikenakan biaya apa-apa juga nggak," ujar Emi.

Emi menuturkan kebutuhan listrik dan air untuk Lieus pun tak berada di bawah pengelolaan apartemen. Begitu juga soal pajak bumi dan bangunan (PBB).

"Kayak warga biasa (pembayaran listrik dan air), kan tanah dia, rumah dia. (Bayar pajak bumi dan bangunan) masing-masing, kan itu tanah, rumah dia," pungkas Emi.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita