GELORA.CO - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk berhati-hati terkait situasi dan kondisi di Papua. Termasuk aparat TNI-Polri yang ditugaskan di Bumi Cenderawasih itu agar Papua tak lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi.
“Beliau sudah lama sampaikan secara terbuka, hati-hati kepada TNI dan Polri menangani Papua, bila tidak becus menangani, maka Papua bisa jadi melepaskan diri dari NKRI,” kata Habib Rizieq melalui Kadiv Hukum Persaudaraan Alumni 212, Damai Hari Lubis di Jakarta, Senin (2/9).
Terpisah, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko, membeberkan sosok yang mendalangi kerusuhan di Papua dan Papua Barat, akhir-akhir ini. Dia menyebut nama Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda, sebagai dalang tersebut.
“Jelas Benny Wenda itu. Dia mobilisasi diplomatik, mobilisasi informasi yang missed, yang enggak bener. Itu yang dia lakukan di Australia lah, di Inggris lah,” kata Moeldoko kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Menurut dia, Benny mengarahkan pergerakan dari luar negeri. Moeldoko menyatakan, strategi Benny adalah cara-cara politik yang disuarakan pada warga Papua secara tidak langsung.
Menurut Moeldoko, perlu cara tersendiri dari Pemerintah Indonesia untuk menghadapi gerakan tersebut. Ada pendekatan politik dan diplomasi yang sedang diupayakan. “Enggak bisa dengan pendekatan militer. Ini juga lebih politik karena dia bergerak di front politik,” kata dia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, juga mengungkapkan peran serta Benny dalam kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Menurut mantan panglima ABRI itu, Benny sejak dulu memang sering melakukan propaganda dengan informasi palsu.
Hasutan Benny yang paling khas yakni menyuarakan bahwa Papua dan Papua Barat menjadi anak tiri Indonesia. “Seakan-akan Indonesia tidak mengurus Papua dan Papua Barat, seakan-akan kita menelantarkan di sana, seakan-akan banyak pelanggaran HAM setiap hari. Penyiksaan, pembunuhan, tetapi itu semua kan tidak mungkin,” ujar Wiranto.
Benny sebelumnya pernah didakwa atas tuduhan mengerahkan massa untuk membakar kantor polisi pada 2002. Saat itu, Benny kemudian kabur dari penjara di tengah proses sidang. Dia mendapat suaka politik dari Inggris pada 2003 dan mengaku bakal pulang dan memimpin Papua untuk menjalankan agenda referendum. [ns]