GELORA.CO - Kasus persekusi mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Jawa Timur, berpotensi memecah persatuan bangsa. Terlebih lagi Gubernur Papua Lukas Enembe masih kecewa dengan kejadian itu di Jawa Timur.
Dia pun mengeluarkan pernyataan keras dengan berencana menarik seluruh mahasiswa Papua yang tengah menimba studi di luar Papua. “Di Negara Kesatuan Republik Indonsia (NKRI) kalau masih ada rasisme begitu, saya akan tarik semua mahasiswa,” tegas Lukas Enembe kepada wartawan di Gedung Negara Papua, Selasa (20/8).
Enembe mengaku telah berkomunikasi dengan Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan terkait persoalan yang menimpa mahasiswa Papua. Dalam pembicaraan dimaksud, dia berencana menempatkan mahasiswa Papua ke universitas unggulan yang ada di Papua dan Papua Barat.
“Saya tadi bicara dengan Gubernur Papua Barat untuk mereka datang ke sini dan bicara di sini. Saya tarik semua baru taruh mereka di Unipa (Universitas Papua di Kota Manokwari, Papua Barat) dan Uncen (Universitas Cenderawasih di Kota Jayapura, Papua),” katanya.
Menurut gubernur dua periode ini, persoalan Papua tidak bisa disederhanakan. Persoalan rasisme mahasiswa Papua telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. “Tidak bisa disederhanakan, menyelesaikan masalah Papua bukan seperti itu. Masalah Papua sudah rumit, rasisme itu terjadi bertahun-tahun kepada mahasiswa Papua di Jawa,” bebernya.
Dia pun meminta Presiden Jokowi agar menseriusi persoalan Papua dengan menangkap oknum masyarakat yang melakukan persekusi. “Tangkap mereka, ini bukan masalah baru. Ini sudah lama, rasisme terhadap pemain sepak bola juga terjadi,” katanya.
Pemerintah Papua akan membentuk tim terpadu untuk menunju Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta, menyingkapi persoalan yang dialami mahasiswa Papua.
Sebelumnya, Gubernur Papua Lukas Enembe mengecam persekusi mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Jawa Timur, Kota Semarang dan Kota Malang, Jawa Tengah, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-74.
Gubernur meminta Pemerintah Pusat menghentikan rasisme dan diskriminasi mahasiswa Papua di seluruh wilayah Indonesia. Insiden ini menyebabkan ribuan masyarakat Papua melakukan aksi turun ke jalan sebagai bentuk protes tindakan tersebut, pada Senin (19/8) pagi.
Aksi ribuan warga ini menyebabkan aktivitas perekonomian di Kota Jayapura lumpuh. Seraturan warga terlantar di jalan akibat tidak beroperasinya angkutan umum di Ib ukota Papua. Aktivitas warga berangsur normal pada Selasa (20/8) pagi. [ns]