Penulis: Ruslan Ismail Mage*
Lima tahun terakhir Sipil Institute bekerjasama dengan penerbit Citra Harta Prima Jakarta fokus melakukan pengembaraan literatur sejarah untuk menggali data dan merangkum fakta tentang siapa tokoh-tokoh besar arsitek kebangsaan menuju Indonesia merdeka.
Awalnya memperkirakan hanya sekitar 50 % orang yang mendesain Indonesia merdeka adalah orang Minangkabau. Namun ternyata semakin jauh menelusuri jejak sejarah pergerakan bangsa ini menuju kemerdekaan semakin muncul data-data bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering mengalir nama tokoh-tokoh besar yang hampir semuanya orang asli Minangkabau (ayah ibu Minang) atau ada darah Minang mengalir dalam tubuhnya (ayahnya atau ibunya Minang). Sehingga jika harus menggunakan persentase lagi, hampir 80% orang yang mendesain Indonesia merdeka adalah orang Minangkabau. Begitu pula hampir 80% satrawan dan penulis buku fenomenal adalah orang Minangkabau.
Sambil mencatat semua data sebagai bahan dalam naskah buku GENERASI EMAS (Pemikir Gadang Minangkabau), batinku bersuara lembut berbisik ke alam menyebut kebesaran-Nya. Tuhan, nusantara perlu bersyukur kepada-Mu, karena Engkau telah mentakdirkan Minangkabau masuk dalam wilayah nusantara yang luasnya 5.193.250 km ini, terdiri dari 18.306 pulau, dan 1.340 suku. Seandainya suku Minang tidak Engkau ciptakan untuk bumi nusantara, entah nama Indonesia ada dalam peta dunia?
Pernyataan batin ini mungkin berlebihan bagi orang yang tidak memahami sejarah, tetapi bagi orang yang memahami sejarah pergerakan menuju kemerdekaan dari waktu ke waktu sejak abad ke-17, maka akan mengiyakan pernyataan batin ini. Bahkan mungkin tidak sekedar mengiyakan, tapi bisa jadi berdecak kagum dan haru membayangkan bagaimana tubuh-tubuh orang Minang berdiri kokoh di berondong peluru serdadu Belanda. Darah pun terus mengalir membasahi bumi Minangkabau demi kemerdekaan bangsa.
Terimakasih bumi Minangkabau, tanpa konseptor dan arsitek kebangsaan yang engkau lahirkan : Tan Malaka yang pertama kali menulis konsep Indonesia merdeka tahun 1925 yang mendambakan sosok ideal Indonesia yang bebas, Sutan Sjahrir yang mencita-citakan Indonesia yang humanis, Moh. Natsir yang bertasbih memimpikan sosok Indonesia yang religius, Moh. Yamin yang menulis tangan konsep Sumpah Pemuda sebagai jalan sutra persatuan menuju proklamasi kemerdekaan, Bung Hatta yang mempersonifikasikan cita-cita kedaulatan rakyat dan egalitarianisme, dan Haji Agus Salim yang merangkul dunia mendukung kemerdekaan Indonesia. Tanpa mereka, entah bagaimana nasib kemerdekaan bangsa ini yang sedang menapaki usia ke-74 tahun 17 Agustus 2019.
Itulah sekelumit pengantar buku GENERASI EMAS (Pemikir Gadang Minangkabau) yang saya tulis bersama Yos Magek Bapayuang, dan alhamdulillah sukses di launching oleh Tan Sri Dato’ Seri Utama Dr. Rais Yatim dalam acara Pesta Budaya dan Masakan Warisan Minangkabau di Muzium Negara Kuala Lumpur Malaysia (27/4/2019), yang dihadiri kurang lebih 1000 orang Minangkabau yang berdomisidi di Malaysia.
Sungguh suatu kebahagian dan kebanggaan bagi saya sebagai orang Bugis asli (akademisi di Universitas Ekasakti) yang bisa mempersembahkan warisan literasi kepada generasi muda Minangkabau untuk bangkit menjadi Bung Hatta muda, Sjahrir muda, Natsir muda, dan Buya Hamka muda. Terima kasih bumi Minangkabau yang pernah menjadi pusat industri otak dan kepemimpiman nusantara. (*)
*) Akademisi Universitas Ekasakti Padang, Founder Sipil Institute Jakarta