GELORA.CO - Sejak diturunkan dari truk pengangkut pada Sabtu petang (10/8), sapi kekar berjenis simmental ini memang sudah terlihat stress, sehingga cukup agresif dengan siapa saja yang mendekat. Waktu itu, perlu setengah jam untuk bisa menurunkan sapi dari truk pengangkut di muka Masjid Agung Solo ini.
Sapi belang dengan tiga warna kombinasi cokelat, abu-abu, dan hitam ini baru bisa digiring ke kandang darurat di timur Kantor Sekretariat Masjid Agung setelah tujuh orang petugas membantu menurunkan sapi sumbangan presiden tersebut.
“Dari tadi malam itu memang sudah kelihatan stres. Sampai mau di sembelih ini malah makin agresif,” kata salah satu panitia kurban, Aridi, 68.
Pria parobaya ini bertugas menggiring sapi berjenis simmental seberat 1,5 ton dari kandang di timur kantor sekretariat menuju ke tempat jagal di selatan Masjid Agung. Dia yang percaya diri mampu membawa sapi-sapi secara mandiri itu akhirnya harus dibantu beberapa kawannya untuk sekadar memindahkan.
Parahnya, si belang malah meronta-ronta saat hendak ditambatkan pada sebuah pohon di lokasi jagal. “Nyludak-nyludak kepalanya. Kakinya juga menendang-nendang ke berbagai arah. Jadi agak bahaya ini tadi,” jelas Aridi seperti dikutip Radar Solo (Jawa Pos Group), Senin (12/8).
Aksi kejar-kejaran Aridi dibantu rekan-rekannya dengan sapi presiden ini akhirnya mengundang gelak tawa masyarakat yang hadir menyaksikan proses penyembelihan. Hingga akhirnya semua terdiam dan fokus menyaksikan kala sang jagal datang dengan bilah pisau tajamnya.
“Saya bawa tiga pisau. Satu pisau utama dan cadangan untuk menyembelih sapi sepanjang 30 cm. Dan satunya pisau 20 cm untuk menyembelih kambing,” ucap sang jagal, Muhammad Zaini Ihsan, 37.
Rupayanya, si belang seakan tahu kapan akan disembelih dan langsung meronta sejadi-jadinya saat melihat sang jagal membawa pisau tajam. Si belang ngamuk, panitia pun langsung mengambil tali yang diikat di badan si belang. Saking paniknya, panitia ikut kocar-kacir ketika si belang hampir menyeruduk beberapa panitia yang ada di depannya. “Ini tadi ada belasan orang, mungkin hampir 20 orang yang bantu menenangkan,” kata Ihsan.
Hampir satu jam aksi kejar-kejaran itu terjadi. Sampai akhirnya tim jagal berhasil menenangkan si belang. “In tadi ngamuk sampai-sampai tiang bambunya lepas semua. Tendanya sampai mau roboh,” ujarnya.
Menurut dia, kesulitan menenangkan sapi stres menjadi faktor utama lamanya durasi penyembelihan sapi ini. Sapi yang agresif membuat petugas jagal kesulitan mengarahkan kepala sapi ke arah kiblat sehingga membuat proses penyembelihan sedikit memakan waktu.
“Sebenarnya kan sudah diberi tempat, tapi karena sapinya marah, lari-lari, loncat-loncat makanya diputuskan disembelih di manapun tidak masalah. Tapi kami masih utamakan masih bisa ke arah kiblat untuk kepalanya,” jelas Ihsan.
Dari pengalaman dia menyembelih hewan kurban selama beberapa tahun ini, pengalaman menyembelih sapi presiden kali ini menjadi momen menarik bagi dia. Oleh sebab itu dia menyiapkan sejumlah teknik menyembelih, mengingat leher sapi jenis ini memiliki daging yang begitu tebal.
“Daging lehernya saja hampir sekilan. Untung tadi tidak ada masalah waktu disembelih. Tekniknya ya menggunakan setajam-tajamnya pisau, secepat-cepatnya sembelihan. Jadi biar sapinya juga tidak tersiksa saat disembelih,” bebernya.
Pengalaman berharga ini merupakan pengalaman paling unik yang pernah dia alami dengan menyembelih sapi seberat itu. Apalagi pengalaman pertama ini juga dia lakukan sebagai jagal baru Masjid Agung Solo pada Idul Adha kali ini.
“Kalau jadi jagal sudah lama, tapi kalau di Masjid Agung ya baru pertama ini. Sebelumnya yang menyembelih takmir yang sepuh-sepuh. Lalu ada regenerasi dan saya dipercaya untuk ini,” ucap Ihsan.
Proses penjagalan yang dilakukan secara manual ini membuat alat khusus yang disiapkan panitia jadi tak terpakai. Ukuran tubuh dan berat yang terlalu besar membuat panitia kurban memutuskan tidak memakai alat warna biru itu saat menyembelih sapi sumbangan presiden.
“Alat ini baru dan perdana dipakai hari ini. Latar belakangnya karena banyak masyarakat yang menilai proses jagal manual terlalu menyiksa. Makanya kami koordinasi dengan pemkot untuk membuat ini. Ternyata kok biayanya besar sekali. Akhirnya kami ganti dengan model ini yang inspirasinya didapat dari You Tube,” jelas Ketua Takmir Masjid Agung Surakarta Muhtarom.
Pihaknya memang khusus menyiapkan sapi ini untuk menyembelih sapi hibah dari presiden. Namun setelah ditimbang, berat sapi tidak memungkinkan masuk alat tersebut. Sapi itu sangat agresif sehingga berpotensi membahayakan petugas atau merusak alat jika dipaksakan. “Sapinya besar, gemuk, kuat jadi kami putuskan manual,” jelas dia.[jpc]