Sentil Target Ekonomoi Jokowi, Sandiaga Uno: Jangan Terjebak Angka 5 Persen

Sentil Target Ekonomoi Jokowi, Sandiaga Uno: Jangan Terjebak Angka 5 Persen

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahudin Uno angkat bicara soal pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sidang Tahunan MPR RI yang tidak berani menargetkan angka pertumbuhan ekonomi tetap berada pada level 5,3 persen.

Ya ini salah satu PR buat kita bahwa kita terjebak pada pertumbuhan 5,3 persen," ujar Sandi kepada wartawan di Kampus UBK, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8).

Menurut Sandi, seharusnya pemerintah meyakini dengan sumber daya yang dimiliki Indonesia dapat menggenjot investasi dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat.


"Kalo kita bisa menggenjot investasi, kita bisa meningkatkan lapangan kerja. Meningkatkan konsumsi dengan menjaga stabilnya harga bahan pokok," kata Sandi yang juga penggagas gerakan OKE-OCE ini.

Lebih lanjut, Sandi juga mengaku, timnya telah melakukan kajian terkait Nota Keuangan yang salah satunya menyoal pertumbuhan ekonomi 5,3 persen yang ditargetkan pemerintah. Menurut Sandi, realisasi target yang berkutat di angka 5,3 persen itu akan diteliti dari berbagai perspektif terutama soal kemanfaatan bagi masyarakat.

"Kami sekarang lagi meneliti nota keuangan yang kemaren disampaikan ada beberapa poin, seperti pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. Relistis atau tidak, bagaimana penciptaan lapangan kerja, juga mengenai pola-pola kebijakan pangan dan energi," kata Sandi.

"Sebagai tokoh yang terus mendorong (konsen) ekonomi, saya dan tim kita harus meneliti nota keuangan itu satu persatu, ini berpihak kepada rakyat tidak?," imbuhnya mengakhiri.

Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional berada di angka 5,3 persen pada tahun 2020. Laju inflasi akan dijaga pada angka 3,1 persen. Angka ini lebih rendah ketimbang target inflasi sebelumnya sebesar 3,5 persen. Dan nilai tukar rupiah, diproyeksi berada pada kisaran Rp 14.400 per dolar AS. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita