Penulis: Yogie W. Abarri (Pegiat Medsos)
Masih ingat dengan viralnya foto Iriana Jokowi yang pakai sepatu Sneakers?
Masih ingat betapa hebohnya medsos ketika itu gara² foto tersebut?
Macam² komentar netizen. Dari ada yang memuji sampai ada yang menertawakan.
Menertawakan?
Ya, begitulah. Ada yang bilang Bu Iriana jadi tampak culun, bahkan ada yang sampai bilang (maaf) tampak bloon.
Mereka beralasan karena Sneakers adalah sepatu yang lebih cocok dipakai oleh kaum pria.
Saya termasuk yang tidak setuju dan juga gak habis pikir dengan terlalu hebohnya sebagian netizen dalam mengolok² Bu Iriana.
Bukan juga karena saya tak sepakat soal tampak lucu or tampak bloon nya, melainkan karena itu adalah isu yang tak penting untuk disoroti.
Adalah tulisan wartawan senior Asyari Usman berjudul “Mungkinkah Istri Jokowi Senaif Itu Memakai Sepatu Sneakers?” yang membuka mata saya.
Beliau benar.
Lihatlah. Meskipun hanya sementara, kehebohan itu telah mampu menyisihkan beberapa isu lain yang lebih penting saat itu.
Di antaranya adalah isu rekonsiliasi Prabowo-Jokowi.
Dan isu pembebasan terpidana kasus korupsi 4.8 Triliun dana bail-out Bank Century, Syafruddin Arsyad Temanggung.
Era bom panci telah berakhir.
Bukan hanya komedian semacam Sule itu aja yang butuh ide² baru dan kreatif agar lawakannya tetap lucu.
Karena kalau itu² aja, alurnya mudah ketebak dan akhirnya jadi tak lagi lucu.
Akan tetapi, sutradara pengalihan isu juga butuh ide² baru dan kreatif.
Karena kalau ketebak, akhirnya malah jadi lucu dan bakal dibully habis²an oleh netizen.
Bom panci? Itu sudah basi.
Tapi… eits nanti dulu.
Bukan berarti saya mengatakan bahwa padamnya listrik yang kemarin itu adalah dalam rangka pengalihan isu lho ya.
Bukan.
Namun mari kita lihat, ada peristiwa apa yang juga terjadi pada Senin kemarin, dan beritanya jadi agak tenggelam gara² berita padamnya listrik itu?
Yups, Anda benar.
Ijtima’ Ulama IV.
Itu adalah event besar dan penting. Yang juga akan melahirkan rekomendasi penting.
Tidak mungkinkah ada “anjing” yang telah mengendus isi/bunyi draft rekomendasi yang sedang disusun?
Bila ada, tidak mungkinkah “anjing” itu lalu tidak terpikir untuk tidak merancang munculnya kegaduhan yang mampu mengalihkan perhatian Ummat dari menanti lahirnya rekomendasi dari acara Ijtima’ Ulama IV tersebut?
Mungkinkah pengalihperhatian tersebut adalah munculnya kemarahan rakyat akibat insiden padamnya listrik secara luas dan lama yang barusan terjadi itu?
Entahlah.
Silakan Anda nilai sendiri.
Anda bisa jadikan konyolnya respon para punggawa rezim atas insiden kelistrikan tersebut… sebagai petunjuknya.
Itu terserah Anda.
Yang jelas, bagi musuh² Islam, salah satu statement hasil Ijtima’ Ulama IV yang menegaskan bahwa Penegakan Khilafah itu adalah kewajiban Agama Islam… memang perlu dicegah dari diketahui oleh Ummat.
Meskipun, upaya tersebut tampaknya agak kurang berhasil. Disebabkan oleh tingginya keaktifan “netizen sadar” di medsos, telah berhasil membuat statement penting itu tetap menyeruak ke publik.
Oya, satu lagi.
Pasca insiden padamnya listrik… tiba² wacana masuknya investor asing (baca: China) untuk terlibat dalam perlistrikan di tanah air… pun juga ikut mengemuka.
Mungkinkah ini cuma kebetulan dan tak saling terkait?
Mari kita tunggu hasil interogasi pihak² terkait kepada Pohon Sengon yang (katanya) dituding sebagai biang kerok penyebab padamnya listrik. (*)