GELORA.CO - Sedikitnya ada tujuh warga sipil yang tewas tertembak dalam aksi demonstrasi tolak rasisme di Deiyai, menurut Yones Douw, ketua departemen keadilan dan perdamaian Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua.
Tujuh warga sipil tersebut masing-masing bernama Alpius Pigai (20 tahun), Derikson Adii (21), Hans Ukago (27), Marinus Ikomouw (35), seorang bermarga Pakege, dan dua korban lain yang masih tertahan di Rumah Sakit Umum Daerah Paniai.
Douw berkata, peristiwa penembakan terjadi pada Rabu pekan ini, 28 Agustus.
Sekitar pukul 7 pagi sampai 11 siang waktu setempat, ribuan massa—Douw menyebut sekitar 3.000-an—yang tergabung dalam Aksi Front Rakyat Anti Rasisme Deiyai berkumpul di lapangan sepakbola Waghete, Deiyai, Papua. Mereka lantas berjalan kaki menuju kantor bupati. Bupati Deiyai saat itu tak ada. Pada pukul 12.30, mereka melakukan orasi-orasi di halaman kantor.
“Sebelum massa tiba, aparat sudah datang duluan,” ujar Douw.
Pada pukul 2 siang, terjadi penembakan di bagian kaki salah satu demonstran bernama Karel Kotouki, 67 tahun.
Penembakan itu membuat panik dan “membangkitkan emosi massa,” ujar Douw. Dampaknya, kantor bupati yang kosong itu dilempari oleh massa.
Masyarakat menembakkan panah ke arah aparat keamanan. Sementara aparat keamanan, terdiri dari polisi dan TNI, memecah kerumunan massa dengan menembakkan gas air mata.
Baku serang itu, pada satu keadaan yang menentukan, menyebabkan “tiga warga sipil tewas ditembak di tempat,” ujar Douw.
Ketiga warga sipil itu adalah Alpius Pigai dan dua korban lain yang jenazahnya masih di RSUD Paniai, ujar Douw.
Empat warga sipil lain yang tewas terpencar-pencar. “Ada beberapa warga yang mati di tengah jalan,” ujar Douw.
Informasi terbaru yang diterima Douw, korban bernama Marinus Ikomouw sudah dikubur oleh keluarganya. Sementara jenazah Alpius Pigai sudah diambil dari RSUD Paniai. Seorang korban bernama Derikson Adii adalah putra pendeta dan baru menyelesaikan studi teologi.
Selain informasi tujuh warga sipil tewas yang diterima Douw hari ini, ada 15 warga sipil lain yang terluka dan dirawat di RSUD Paniai. Ada juga lima korban luka lain yang dirawat keluarganya masing-masing, yang Kamis kemarin (29/8) belum menerima perawatan rumah sakit.
Mereka adalah Apiin Mote (32 tahun), pantat kanan tertembak, tembus ke samping; Naomi Pigome (28), jatuh ke parit saat terkena gas air mata, luka tergores di betis kiri; Marthinus Iyai (27), tertembak di paha kanan; Yanto Dogopia (10), tertembak di paha kiri; dan Yusti Agapa (17), paha kanan tertembus peluru.
Satu Anggota TNI Tewas
Sementara dari pihak aparat keamanan, ada enam personel yang menjadi korban luka panah.
"Satu anggota TNI AD gugur dan lima anggota Polri terluka [akibat] panah," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Hotel Mercure, Jakarta Utara, pada Rabu lalu (28/8).
Anggota TNI AD yang tewas bernama Sertu Rikson Edi Chandra (38 tahun) dari Kodam II/Sriwijaya. Rikson bertugas di kesatuan Batalyon Kavaleri (Yonkav) 5/Dwi Pangga Ceta (DPC) Karang Endah dan menjabat Komandan Ranpur AVLB Tonhar Kima Yonkav 5/DPC.
Jenazah Rikson tiba di Bandara Palembang pada Kamis malam kemarin dan langsung disambut dengan upacara penghormatan secara militer, mengutip sumber berita TNI AD. Jenazah Rikson segera dibawa menuju rumah duka.
Kepala Penerangan Kodam II/Sriwijaya Kolonel Inf Djohan Darmawan berkata jenazah Rikson akan dimakamkan hari ini. “Almarhum meninggalkan istri Endang Susilawati dan dua orang anak,” ujarnya.
Membantah Stempel Hoaks yang Dicuit Puspen TNI
Akun resmi Twitter Pusat Penerangan TNI pada 28 Agustus mengecap berita soal pembunuhan enam warga sipil di Deiyai, yang ditulis oleh Reuters, sebagai “hoax”. Sumber Reuters adalah mengutip berita dari Suara Papua, salah satu media online yang berani di Papua.
Hati2 dengan berita HOAX ya tweepss, jangan mau terprovokasi mari bersama jaga NKRI 😎💂 #HoaxItuJahat #SaringSebelumSharing pic.twitter.com/T73JZdgoMF— Pusat Penerangan TNI (@Puspen_TNI) August 28, 2019
Meski begitu, konfirmasi dari media internasional termasuk Al Jazeera menulis kebenaran ada korban sipil tewas di Deiyai, berdasarkan saksi mata. The Jakarta Post menulis hal sama. The Guardian, yang mengutip kantor sindikasi berita AP, juga menulis serupa.
Jubi, salah satu media daring terkemuka berkantor di Jayapura, mengangkat peristiwa yang sama dengan menyebut nama-nama korban dari warga sipil, dirilis Kamis kemarin (29/8). Sumbernya adalah Yones Douw, aktivis HAM dari Kingmi Papua.
Douw memberi kabar terbaru yang diterimanya sampai hari ini bahwa sedikitnya tujuh warga sipil tewas dari peristiwa di Deiyai.
Situasi di Deiyai dan Paniai masih mencekam, kata Douw. "Sudah seperti kota mati." Sekolah diliburkan. Kantor birokrasi sipil dan swasta ditutup.
Warung-warung ditutup. Menurut Douw, masyarakat Waghete, lokasi kantor bupati Deiyai, dan masyarakat Enarotali, ibu kota Kabupaten Paniai, “su mengungsi ke kampung-kampung.”
Menanggapi korban warga sipil di Deiyai, Kapolri Tito Karnavian mengatakan kepada wartawan di Jakarta bahwa mereka “diduga terkena panah.” Ia mengklaim aparat cuma pakai peluru karet sehingga tak mungkin menewaskan warga sipil.
"Panah ini berasal dari belakang kelompok penyerang. Sehingga kami duga dia meninggal karena terkena panah dari penyerang sendiri," ujarnya.
Namun, menurut Douw, “tidak ada masyarakat menembakkan panah ke masyarakat.” [tto]