Ricuh Papua, HNW: Pemerintahan Berwibawa yang Selamatkan NKRI, bukan Pemerintah Lemah

Ricuh Papua, HNW: Pemerintahan Berwibawa yang Selamatkan NKRI, bukan Pemerintah Lemah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Politisi Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid menyoroti insiden yang terjadi di Papua di Kabupaten Deiyai. Wakil Ketua MPR ini mengatakan pemerintah harus fokus selamatkan NKRI.

"Setelah Prajurit TNI dan Polri Gugur lagi di Papua. Setelah Bendera Bintang Kejora Dikibarkan lagi di Depan Istana dan lain-lainnya. Bukanlah Pemerintah “Lemah” Yang Diharapkan, Tapi Yang Focus dan Berwibawa Selamatkan Marwah NKRI, Tolak Separatisme, Hadirkan Keadilan dan Kemakmuran," kata @hnurwahid di Twitter.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, pemerintah tak akan emosional menyikapi kejadian-kejadian itu.

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Rodja mengatakan, kericuhan kemarin juga mengakibatkan lima anggota TNI dan Polri terluka.

"Saat ini korban sudah dievakuasi ke RSUD Enarotali, dan situasi aman," kata Rudolf Rodja, Rabu (28/8) malam.

Kapolda Papua mengatakan insiden berakhir ricuh, massa menyerang mobil yang sebelumnya ditumpangi anggota TNI dan merampas senjata api yang berada di dalam mobil tersebut. Selain mengambil 10 senpi jenis SS1 beserta magasin berisi amunisi. Massa juga mengeroyok anggota TNI dengan menggunakan parang dan anak panah.

Di hari yang sama di depan Istana Negara di Jakarta, puluhan warga Papua berdemonstrasi. Dalam aksi tersebut, mereka sempat mengibarkan bendera Bintang Kejora yang menjadi bendera perlawanan kelompok separatis lokal.

Moeldoko menilai pengibaran bendera Bintang Kejora di seberang Istana Merdeka dan bentrokan yang terjadi di Deiyai kemarin adalah upaya memancing tindakan keras dari aparat TNI atau Polri. Ia menyebutkan, pemerintah tidak ingin emosional menanggapi upaya provokasi yang dilakukan oknum-oknum tak bertanggung jawab.

"Kita itu bermain di batas psikologi. Jadi, kita juga harus ukur dengan baik. Kita juga tidak boleh emosional karena, kalau kita ikut larut dalam emosi, maka langkah tindakan menjadi tidak terkontrol," kata Moeldoko.


BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita