Penulis: Iramawati Oemar
Ustadz Abdul Somad lama tak muncul. Terakhir kali beliau tampil di layar TV selama Ramadhan, mengisi acara tausiyah pada jam sahur dan jelang maghrib. Itupun bukan live show, semua sudah direkam sebelumnya. Pasca Pilpres, kabarnya UAS – begitu beliau biasa dipanggil – melanjutkan pendidikannya ke level doktor (S3) di manca negara.
Karena itu saya kaget ketika tetiba beredar cuplikan singkat bagian akhir majelis taklim beliau, yaitu sesi tanya jawab. Saya sempat berpikir : apa UAS pulang sebentar untuk berlibur lalu mengisi tabligh? Ternyata tidak! Itu adalah rekaman video ceramah beliau disebuah majelis taklim 3 tahun yang lalu.
Ya, sesuatu yang sudah sangat lama, 2016, kenapa baru diributkan sekarang, ketika yang bersangkutan malah sudah tidak lagi aktif berdakwah di tanah air beberapa bulan belakangan ini?! Jelas, inilah yang disebut “MENCARI-CARI KESALAHAN” UAS. Hanya orang yang “kurang kerjaan” saja yang mau meluangkan waktu mengubek-ubek dari ribuan koleksi video ceramah UAS, lalu diambil sepotong, hanya bagian tanya–jawab saja, kemudian dikemas diberi judul, dan… terakhir : taarraaa…, siap diramaikan!! Jelas ini “BY DESIGN”, tidak alamiah!!
Video itu adalah cuplikan acara tabligh Ustadz Somad. Seperti biasa, pada bagian akhir ada sesi tanya jawab yang biasanya penanya memberikan pertanyaannya dalam bentuk tertulis agar UAS tinggal membaca saja. Pertanyaan jamaah itu : “kenapa saya menggigil kalau melihat salib?”. BUKAN UAS YANG MEMULAI bicara tentang salib. Beliau hanya menjawab pertanyaan.
Jawabannya tentu dari sisi ajaran Islam. Dalam Islam memang tidak dibolehkan ada patung menyerupai makhluk hidup (patung manusia maupun binatang) di dalam rumah, karena malaikat pembawa rahmat tidak akan masuk. Itu kepercayaan dalam Islam. Sebagai pendakwah ajaran Islam, wajib UAS menyampaikannya. Toh beliau sampaikan itu dalam majelis taklim ummat Islam, bukan?! Yang diadakan di dalam masjid dengan hadirin 100% Muslim.
Sama dengan MUI dibawah pimpinan Buya HAMKA dulu menerbitkan fatwa bahwa HARAM hukumnya ummat Islam ikut hadir dalam perayaan Natal. Apakah itu salah?! Bukankah fatwa itu ditujukan hanya kepada ummat Islam?! Tidak bermaksud mengharamkan perayaan Natal bagi ummat agama lain.
Begitu pula jika ada ustadz yang mengatakan daging babi haram, anjing najis, bukankah itu semua ditujukan kepada ummat Islam?! Apakah kemudian ini dianggap menghina pedagang daging babi, dianggap menghina penyayang anjing?!
Sungguh tolol orang yang tidak bisa membedakan mana penghinaan dan mana orang yang sedang mengajarkan / menyampaikan sesuatu sesuai ajaran agamanya kepada ummat yang se-agama dengannya.
Kalau UAS berteriak di jalanan mengatakan salib itu blablabla…, nah baru itu bisa dianggap menghina agama lain.
Bahkan dalam ceramahnya di televisi yang disiarkan secara nasional – misalnya acara “Damai Indonesiaku” dan sejenisnya – UAS pun menghindari menyampaikan sesuatu yang sekiranya bersinggungan dengan agama lain. Artinya : UAS sebenarnya cukup berhati-hati untuk tidak menyulut konfrontasi.
Para pembencinya-lah yang sengaja mencari-cari celah yang bisa diperkarakan, bisa dijadikan delik pidana.
*******
Sebenarnya, kalau mau iseng, kurang kerjaan, dan punya niat buruk untuk MENCIPTAKAN KONFLIK ANTAR AGAMA, maka bisa saja ummat Islam juga mengerahkan nettizen Muslim untuk searching di youtube, video-video pemuka agama non Muslim yang sedang berceramah dihadapan ummatnya, tapi dicari bagian yang menyinggung Islam dan keimanan Islam. Lalu potong videonya, sebarkan dengan narasi penuh provokasi. Apa susahnya sih jadi provokator pemicu konflik SARA?!
Sekarang sudah mulai di medsos, Whatsapp grup, beredar video-video ceramah rohaniwan agama tertentu yang isinya menyinggung/menghina Islam. Ada yang disampaikan di hadapan ummatnya di rumah ibadah, ada pula yang dilakukan out door. Nah lho! Ibaratnya : LU JUAL, GUE BELI!
Kalau ada oknum agama lain yang mencoba mengusik, cari perkara untuk memperkarakan ceramah agama dari ulama kami di hadapan sesama ummat Islam dalam forum terbatas, maka kami pun bisa pula cari-cari perkara yang serupa.
Kalau sudah begini, apakah kita akan “PERANG SAUDARA” hanya karena saling lapor-melaporkan para pemuka agama yang berceramah dihadapan ummatnya?!
Sungguh keji yang MEMULAI mencari perkara permusuhan berbasis agama. Bisa jadi ini ulah kaum “komunis” atau atheis, yang SENGAJA ingin MEMBENTURKAN antar pemeluk agama di Indonesia.
*******
Berikut ini ada video berdurasi 10 menitan dari seorang pemuka agama. Apa isinya? Full mengutak-atik ajaran Islam. BUKAN dalam rangka menjawab pertanyaan, tapi memang TOPIK CERAMAHNYA SELURUHNYA MEMBAHAS AJARAN ISLAM.
Mari kita cermati sejak menit pertama.
Dia (seseorang yang menyebut dirinya “misionaris”) memulai dengan menyinggung ritual paling sakral dalam Islam : SHOLAT! Dikatakannya orang Islam itu seharian sembahyang 5 kali padahal yang dibaca sama saja. Setiap kali sholat baca surat pertama dalam Al Qur’an, yaitu Al Fatihah. Lalu dia pun membacakan Al Fatihah dengan lancar dan fasih. Tapi berhenti di ayat “Ihdinash-shirothol mustaqiim”. Dia sengaja potong sampai disini karena niatnya memang ingin mempersoalkan makna ayat ini. Disebutnya arti dari ayat itu “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”. Lalu sambungnya : jika dulu, 1400 tahun yang lalu Nabi Muhammad mengatakan demikian, maka artinya dia (Muhammad) TIDAK TAHU mana jalan yang lurus.
Dia pun mengibaratkan jika dirinya sebagai misionaris ke Pontianak, tidak tahu dimana Pasar …. (maaf, kurang jelas mendengar nama pasarnya, kurang lebih menit ke 2:18 – 2:20), lalu bertanya kepada orang lain, minta ditunjukkan mana jalan menuju pasar tersebut.
Lalu dia katakan : jika untuk dirinya (Muhammad) sendiri saja belum ada kepastian keselamatan, bagaimana dengan ummatnya?! Dia bahkan menyebut Muhammad ibarat seorang pilot yang tak tahu kemana hendak mendarat.
Selanjutnya dia menyinggung ayat Al Qur’an yang mengatakan “Jangan hampiri zina”. Sang misionaris menyebut : Tapi istrinya ada 23! Ini sudah lebay sangat!!
Tak cukup sampai disitu saja, dia menyebut istri Muhammad yang termuda usia 6 tahun, ini kalau dia belajar psikologi maka tergolong penyakit “ketidakseimbangan mental”. Kurang ajar bukan, dia melabeli Rasulullah Muhammad SAW, Nabi-nya ummat Islam, sebagai pengidap pedofilia?! (Perhatikan pada menit ke 4:32)
Selanjutnya dia menyoal ayat “Janganlah membunuh”, tetapi faktanya – menurut sang misionaris tersebut – seperempat (¼) dari Semenanjung Arab DIBUNUH oleh Muhammad. Dia mengklaim sejarah membuktikan demikian (simak menit ke 5:15). Sejarah yang mana?! Bukankah ini sudah menjurus pada FITNAH, tuduhan ngawur tak berdasar?! Dia bahkan “mengarang bebas”, katanya Muhammad meletakkan pedang di leher, lalu mengancam : mau selamat atau tidak. Kalau mau selamat, masuk Islam. Kalau tidak, maka ditebas lehernya. Nabinya saja membunuh orang, kata si misionaris itu (menit ke 5:43).
Menghina sholat sudah, menghina kandungan Al Qur’an sudah, menghina Rasulullah sudah, sekarang dia hina pula malaikat.
Menurutnya, malaikat dalam Islam takut pada anjing. Kalau malaikat mau ke rumah seseorang lalu ada suara anjing, malaikatnya lari ketakutan. Itu sebabnya orang Islam tak boleh piara anjing.
Tidak hanya itu, malaikatnya orang Islam juga “rabun malam” (menit ke 6:30). Masih menurutnya pula : 7 hari sebelum hari raya semua ummat Islam pasang pelita (obor, cahaya, lampu), sebab pada malam itu adalah malam berkah. Jika tidak pasang pelita, maka malaikatnya tidak akan sampai. Yang bodoh-bodoh saja yang diajarkan dalam Islam, katanya.
Ini jelas NGAWUR kuadrat!! Super duper ngawur!! Mungkin dia hendak mempersoalkan malam Lailatul Qadr, malam seribu bulan. Sama sekali TIDAK BENAR apa yang disampaikannya. Sebab Lailatul Qadr dimulai sejak malam ke-21, artinya sekitar 9-10 hari sebelum Idul Fitri, dan sama sekali TIDAK ADA anjuran untuk menyalakan pelita. Yang ada justru disunnahkan i’tikaf (berdiam diri di masjid) dan memperbanyak ibadah serta istighfar/memohon ampunan Allah.
Sungguh ngawur total yang disampaikan misionaris itu!
Pada menit ke 7:30 dia menyinggung tidak adanya konsep “lahir kembali” (reborn) dalam Islam. Lalu Muhammad berpikir, sampai umur 40 tahun, 60 tahun, ummat Islam tidak bisa lahir kembali. Lalu dibikinlah di Mekkah sebuah batu hitam yang kemudian ditempatkan disuatu tempat yang diukir persis seperti “women’s secret” (mungkin maksudnya alat kelamin wanita??). Lalu dimasukkanlah kepala ke dalam batu hitam yang disebut Hajar Aswad (simak menit ke 8:18), setelah keluar dari sana, imam-nya akan pegang kepalanya dan mengatakan “kamu sudah suci kembali”. Karena itu orang yang pergi haji kepalanya dicukur, botak, ini mau menyerupai bayi yang baru lahir kepalanya botak. Jadi inilah konsep reborn dalam Islam.
Sungguh kurang ajar dan ngawur!!
Menyentuh atau mencium Hajar Aswad sama sekali BUKAN KEWAJIBAN, hanya disunnahkan. Jika tak sempat mencium Hajar Aswad pun tidak apa-apa, sebab itu BUKAN RUKUN HAJI. Dan kurang ajar sekali mengatakan tempat Hajar Aswad dibuat ukiran sedemikian rupa mirip “women’s secret. Padahal Hajar Aswad letaknya di salah satu sudut bangunan Ka’bah! Sang misionaris benar-benar memberi INFORMASI SESAT!
Bercukur setelah umroh/haji juga sama sekali bukan karena hendak menyerupai bayi baru lahir dan bukan karena konsep reborn. Tahallul sejatinya hanya memotong sebagian rambut 3 kali saja. Kalaupun kebanyakan kemudian mencukur habis rambutnya, itu bukan kewajiban, bukan rukun haji/umroh! Hanya kebiasaan sebagian besar orang saja.
Hinaan dan fitnahan terakhir dimulai pada menit ke 9:04, sang misionaris menyinggung ritual lempar jumroh. Katanya itu melontar ke surga. Ada tiang-tiang jamarat, lalu ummat Islam melontar kesana, melempari setan, batunya jatuh terus ke neraka. Lagi-lagi ngawur!
Padahal, masih kata sang misionaris : Kerajaan Arab Saudi sudah menyiapkan lori (gerbong kereta) di bawah jamarat itu. Sehingga setiap batu akan jatuh ke lori, jika sudah penuh batu, lorinya akan jalan, begitu terus. Jadi ummat Islam DITIPU orang Arab. Jelas dia sebutkan kalimat : ini AJARAN PENIPUAN!
Nah, coba bayangkan, PENGHINAAN, HUJATAN, CELAAN, FITNAHAN, BAHKAN DONGENG BOHONG yang disampaikan seorang misionaris dihadapan ummatnya itu, lalu bandingkan dengan jawaban UAS yang dianggap menghina salib.
UAS sama sekali TIDAK MEMULAI, beliau hanya menjawab pertanyaan jamaah.
Tapi si misionaris itu sebaliknya : DIA YANG MEMULAI! Dia sengaja memilih topik ceramahnya membahas dan mencela ajaran Islam, Nabinya ummat Islam, kitab sucinya ummat Islam, ritual ibadahnya ummat Islam!
Dari 10 menit ceramahnya, yang disampaikan justru BUKAN AJARAN AGAMANYA SENDIRI, MELAINKAN SENGAJA MENGUSIK AJARAN ISLAM, dengan miss-informasi yang amat sesat dan menyesatkan!!
*******
Nah, kalau sebagian dari anak bangsa ini mau mencari perkara dengan mengkriminalisasi pemuka agama Islam, maka tentu ummat Islam tak akan tinggal diam. Ummat Islam pun akan memperkarakan ceramah agama lain yang mengusili ajaran Islam.
Itu hukum alam : ada AKSI, maka akan ada REAKSI.
Apakah dengan wacana rekonsiliasi, yang katanya agar anak bangsa tak terbelah karena perbedaan pilihan politik, maka selanjutnya pertikaian akan bergeser ke arah SARA, khususnya soal agama?!
Coba telisik, siapa yang lebih dulu memulai mencari-cari apa yang bisa disalahkan dari ceramah UAS.
Padahal, pada awal Agustus 2017 lalu, Viktor Laiskodat berceramah di NTT soal khilafah. Isinya juga provokatif! Bahkan dia mengajak untuk membunuh lebih dulu sebelum mereka (ummat Islam) membunuhi orang non Muslim. Tapi, meski sudah dilaporkan oleh 4 parpol, Laiskodat TAK TERSENTUH HUKUM, bahkan bisa jadi Gubernur dalam Pilkada tahun berikutnya.
Jika ketidakadilan macam ini terus dijalankan, hukum tebang pilih, ada ustadz yang berbicara dalam forum tertutup di masjid, dihadapan ummatnya sendiri malah diperkarakan, sementara politisi yang berceramah memprovokasi dan membawa issu agama dibiarkan, jangan harap kedamaian akan tercipta di negeri ini.
Mungkin ada orang-orang tertentu yang memang ingin terus tercipta konflik. NEO KOMUNISME, mungkin?! Kalau tak ada lagi konflik politik, maka diciptakanlah konflik agama, agar sesama anak bangsa terus bertikai.
Padahal, sejak dulu perbedaan agama di negeri ini bisa berjalan baik. Kenapa sekarang jadi begini?!
Jangan suka “kepo” mendengarkan ceramah dari pemuka agama lain, sebab jika ia membicarakan ajaran agamanya yang menyinggung agamamu, itu bukan salah dia. Tapi salah kupingmu yang terlalu tipis dan tidak bisa mentoleransi bahwa setiap agama punya ajarannya masing-masing!
Apa jadinya jika setiap orang tersinggung kalau ada pemuka agama yang menyampaikan kepada jamaahnya bahwa agamanya lah yang paling benar??
Jangan menabuh genderang perang, sebab jika ada yang menanggapinya dan genderangnya lebih kencang, maka kau akan bingung.
Semoga aparat keamanan mampu bersikap bijak menanggapi laporan itu.
Jika laporan atas Laiskodat bisa diabaikan, maka semestinya laporan terhadap UAS pun lebih tak ada dasarnya untuk diproses lanjut! (*)