GELORA.CO - Pengamat intelijen dan terorisme, Harits Abu Ulya mengaku prihatin atas berbagai pernyataan kontroversial yang dilontarkan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD. Harits menilai, Mahfud tidak ubahnya seperti pengasong proyek sebuah isu.
“Publik juga belum lupa lontaran-lontaran dia soal provinsi garis keras, kemudian TNI kecolongan soal Enzo dan sekarang menguat gosip ulama radikal Arab bawa dana ke RI (Republik Indonesia),” kata Harits di Jakarta, Senin (19/8).
Harits menilai, keukehnya Mahfud menggoreng soal radikalisme melalui beragam angel mengisyaratkan sebuah motif kesengajaan dengan target tertentu. Mahfud, kata dia, memosisikan diri menjadi pion utama dari proyek kontra radikalisme.
“Terkait isu atau lebih tepatnya gosip yang di umbar Mahfud MD ke publik yang jelas mengandung beberapa persoalan. Pertama, dia memantik kegaduhan baru dengan isu radikalisme,” ujarnya.
Kedua, Mahfud menyampaikan informasi (intelijen) yang masih perlu di validasi apakah informasi tersebut A1. Jikapun A1, apa kewenangan seorang Mahfud MD menguar ke publik.
“Bukankah ada lembaga yang memiliki kewenangan untuk antisipasi hal tersebut jika memang di anggap membahayakan terhadap NKRI,” kata dia.
Sementara, publik justru dibuat resisten dan salah paham dengan pola-pola penanganan masalah dengan cara yang tidak elegan. Maka itu, Harits menanyakan, apakah Mahfud MD akan berdalih posisinya memberikan early warning atau lebih tepatnya berperan penabuh gendang pemberi intro untuk mengiringi tarian-tarian proyek yang akan digelar berikutnya?
“Saya pikir Indonesia realnya justru dalam kondisi bahaya karena dalam kubangan kapitalisme liberal,” ujarnya.
Harits menduga, para pejabatnya banyak terpapar perilaku nir-agama; menghalalkan semua cara untuk meraih kepentingan pribadi dan kelompoknya. Terpapar korupsi, generasinya terpapar perilaku hedoni dan liberal.
“Juga ada real radikalisme dan terorisme dari kelompok teroris OPM dan jejaringnya. Dan masih banyak problem akut lainnya. Seorang Mahfud MD perlu membuka mata dan hatinya lebih lebar agar lebih bijak bersikap,” katanya. [ns]