GELORA.CO - Permintaan Menteri Pertahanan Rymanizard Ryacud untuk melakukan penyerangan balik terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang menewaskan Briptu Hedar merupakan hal yang berbahaya.
Demikian disampaikan pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi. Menurutnya, Menhan seharusnya hati-hati dalam memilih kata terkait insiden penembakan karena dapat menimbulkan dampak negatif.
"Jadi serangan balik bukan sekedar serangan balik dalam artian ini seakan-akan sebuah aksi balas dendam. Perlu saya tekankan supaya berhati-hati bicara, pak Menhan, bukan sekedar serangan balik tapi upaya penegakkan hukum menindak tegas pelaku-pelaku pembunuhan," kata Khairul Fahmi kepada Kantor Berita RMOL, Selasa (13/8).
Khairul menambahkan, seruan serangan balik juga dapat menimbulkan persepsi publik bahwa selama ini aparat keamanan tidak ada aktivitas di daerah operasi.
"Kalau kita bilang serang balik seolah-olah selama ini enggak ada aktivitas disana. Daerah ini kan memang daerah operasi, ya artinya mau ada penyerangan atau tidak ada penyerangan ada korban atau tidak ada korban aktivitas operasi tetap berjalan," paparnya.
Dengan demikian, Khairul berharap kepada pemerintah untuk tidak sembarangan mengucapkan sesuatu dengan ucapan yang tidak masuk akal bahkan tidak berbicara secara bijak.
Kalau pejabat pemerintah yang bicara kan harusnya berbeda dengan orang awam begitu, ya harus lebih masuk akal, lebih teknis, lebih bijak juga bicaranya. Jadi bukan terkesan marah yang tidak berdasar gitu ya. Jadi spesifik saja lah kita bicara soal ini ada aparat yang tertembak, pelakunya sudah bisa di identifikasi ya tinggal menangkap," pungkasnya.(rmol)