Mendadak Radio di Mobil Dinas Jokowi Hidup Sendiri, Jendela Tak Bisa Dibuka

Mendadak Radio di Mobil Dinas Jokowi Hidup Sendiri, Jendela Tak Bisa Dibuka

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Mobil dinas Presiden Republik Indonesia sudah saatnya diganti. Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono mengungkap, mobil Mercedes-Benz S600 Guard itu sering mogok dan banyak penyakitnya.

Banyak masalah yang dialami mobil yang sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu. Mulai dari bagian audio yang error sampai power window yang macet.

Heru membeberkan, bukan sekali dua kali mobil dinas presiden mogok. Namun, berkali-kali. Salah satunya, ketika Presiden Joko Widodowi menggunakannya di Bali. “Ada sesuatu yang tidak normal, dan terpaksa saya dan Paspampres berusaha mencari pengganti,” ujar Heru, Jumat (23/8).

Sayangnya, karena mobil dinas presiden harus khusus, salah satunya antipeluru, maka sulit mencari pengganti. “Dari sisi persyaratan keamanan presiden, kan tidak memenuhi syarat. Harusnya diganti dengan mobil yang persyaratannya sama,” imbuh dia.

Mobil dinas itu juga sempat mogok saat Presiden Jokowi berkunjung ke Kalimantan Barat dan Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo pada 2017. Selain soal mesin, berbagai masalah juga dialami mobil ini. Mulai dari jendela alias power window yang tidak jalan, hingga sistem audio dalam mobil sering nyala sendiri.

“Radio semua bunyi. Kan nggak nyaman. Kira-kira begitu,” tutur Heru.

Masalah-masalah itu, kata Heru, juga terjadi berkali-kali. Biang masalah itu ada pada sistem elektrikalnya yang sudah melebihi batas kerjanya. “Waktu itu pernah ada indikator yang warna merah kuning itu nyala semuanya. Ya berarti tidak boleh dipakai. Kalau mau dimatikan, harus dimatikan dulu kan (mobilnya)," ujar Heru.

Suku cadangnya juga sudah sulit didapatkan. Pihak pabrikan sudah berkali-kali memberitahu dan memberi nasihat, kalau terjadi sesuatu pada mobil ini, sulit diperbaiki. “Umur elektronik dan suku cadangnya sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan,” beber Heru.

Padahal, mobil tersebut sangat diperlukan Presiden. Apalagi aktivitas Presiden yang padat. Minimal, bolak-balik Istana Negara-Istana Bogor. “Lihat saja dari kilometernya,” ucap Heru.

Saat ini, jumlah kendaraan kepresidenan ada delapan unit. Tetapi, ini dibagi dua dengan Wapres Jusuf Kalla. Jumlah itu tidak cukup. Heru mengingatkan, Indonesia adalah wilayah yang sangat luas dengan 260 juta penduduk. Berbeda dengan Eropa yang kecil. “(Di Eropa) dua atau tiga mobil cukup itu,” selorohnya.

Heru menerangkan, jika presiden hendak ke luar Jakarta, pada H-3 atau H-4, dirinya dan Paspampres sudah lebih dulu berada di daerah tujuan dengan mobil dinas. Tak hanya satu, tetapi dua. Sementara di Jakarta, tetap harus ada mobil dinas. Jumlahnya juga harus dua. Satu yang digunakan presiden dan satu cadangan.

“Itu protap. Namun, ini enggak. Kami selaku penanggung jawab dan Paspampres kan kalau bekerja di luar standar ya gimana,” keluhnya.

Belum lagi mobil untuk tamu negara. Saat ini hanya ada satu mobil untuk itu.

Apakah berarti pengadaan mobil dinas presiden nanti lebih dari delapan? Heru meminta wartawan menanyakannya ke Setneg. Yang pasti, pengadaan akan dilakukan secara bertahap, dengan memerhatikan anggaran yang dimiliki negara.

“Besok kan beli mungkin dua (mobil), tahun depan tambah dua,” jelasnya. [nn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita