Mahfud Nilai NKRI Bersyariah Berlebihan, Begini Tanggapan Peneliti Insist

Mahfud Nilai NKRI Bersyariah Berlebihan, Begini Tanggapan Peneliti Insist

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (Insist), Ustaz Budi Handrianto, mengkritisi pernyataan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD yang menyebut konsep “NKRI bersyariah” adalah berlebihan. Menurut Budi, Islam, dan juga manusia pada umumnya, mengakui aspek lahir sekaligus batin, aspek syahadah sekaligus gaib, isi sekaligus tampilan.

“Kedua-duanya diakui sama pantasnya. Memang isi lebih penting daripada tampilan berdasarkan hadis, ‘Innallaha laa yanzhuru ilaa suwarikum wa ajsamikum’ (Sesungguhnya Allah tidak menilai dari fisik dan rupa kalian). Tapi kebanyakan manusia itu ahlu zhahir, senang dengan tampilan,” kata Ustaz Budi kepada Indonesia Inside, saat dihubungi, Jumat (16/8).

Dia menuturkan, sering kali manusia justru melihat tampilan lebih dulu daripada isi. Menurutnya, hal ini wajar-wajar saja karena juga soal kepatutan. Misalnya, seorang profesor berilmu tinggi dan hebat menyampaikan argumen, tapi di forum resmi dia memakai kaos oblong. “Tentu tidak pantas dan orang jadi tidak mau dengar omongannya,” ujarnya mencontohkan.

Contoh lain, pada perayaan 17 Agustus, meski telah berjiwa patriot, membela bangsa dan negara, namun tetap saja bendera Merah Putih dipasang di tiap rumah, wilayah, hingga mengadakan lomba dalam rangka mensyukuri anugerah kemerdekaan. Karenanya, warga negara tidak cukup hanya di dalam hatinya untuk menegaskan jiwa patriot dan nasionalis.

“Hati penting, penampilan juga tetap penting. Kadang kita harus menunjukkan jiwa patriot kita dengan memasang bendera di depan tumah, walaupun yg memasang juga belum tentu patriot,” tuturnya.

Demikian pula halnya dengan negara yang Islami. Dia mengatakan, jika pimpinan negara dan jajarannya serta pemerintah daerah dan masyarakatnya sudah Islami itu satu langkah yang baik. Namun, jika ditambah predikat, seperti negeri yang islami, bersyariah, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, tentu lebih baik.

“Orang yang melihat juga adem. Saksikan beberapa kota di daerah memasang plang asmaul husna di sepanjang jalan, kan enak melihatnya. Apalagi diamalkan,” katanya.

Sebelumnya, Mahfud MD menyatakan bahwa konsep “NKRI bersyariah” adalah berlebihan. Menurut dia, konsepsi negara Islami adalah negara yang tidak melanggar tujuan-tujuan syariat (masashi syariah), meskipun negara tersebut tidak secara tegas berasaskan Islam.

“Kalau ada ide “Indonesia bersyariah”, itu berlebihan. Karena Indonesia ini tanpa dikatakan pun sudah bersyariah,” kata Mahfud kepada wartawan di sela-sela diskusi di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/8) siang.

Mahfud menjelaskan, di antara substansi dari bersyariah adalah mengikuti ajaran Islam yang tulus, bersahabat, melindungi HAM, menegakkan hukum, dan memilih pemimpin yang adil. Dengan begitu, implementasi ajaran Islam bukan lagi pada tataran diksi, melainkan nilai atau esensi. [ns]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita