GELORA.CO - Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) KH Anton Tabah Digdoyo menyesalkan tokoh nasional sekelas Mahfud MD yang berulang kali membuat gaduh. Terakhir mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) membuat gaduh kondisi politik di Indonesia dengan menyatakan ada tokoh Arab radikal bawa uang ratusan juta dolar Amerika untuk sebarkan faham radikalisme Islam di Indonesia.
"Kita harap tokoh-tokoh tidak asal bicara tapi dengan fakta dan data yang valid. Karena kalau asal bicara hanya ciptakan saling curiga tidak rukun gaduh dan chaos," kata KH Anton Tabah Digdoyo melalui sambungan telepon, Minggu (18/8/2019).
KH Anton menyebut, Mahfud MD telah menyebarkan kegaduhan suasana di Indonesia yang telah aman dan damai. Karena Mahfud MD telah menuduh Akademi Militer (Akmil) kecolongan ketika menerima taruna Enzo yang dinilainya radikalis karena Enzo pernah betroto membawa bendera Tauhid. Padahal sangat jelas bendera Tauhid bukan radikal. Sehingga setiap tulisan Tauhid bukan radikal.
Alasan tulisan Tauhid bukan radikal, sambung KH Anton, karena Kemendagri dan MUI sudah tegas menyatakan bahwa bendera Tauhid adalah bendera umat Islam dan sah dimiliki, disimpan dan dikibarkan pada event-event tertentu oleh rakyat Indonesia.
Selain itu, kanjutnya, bendera Tauhid, juga bukan bendera HTI. Karena jika bendera HTI ada tulisan HTI-nya. Selain itu, semua orang muslim ketika meninggal dunia juga akan kerandanya ditutup bendera Tauhid.
"Sampai hari ini kita juga belum temukan difinisi apa itu radikal. Kecuali asumsi laki berjenggot celana di atas mata kaki berpakaian gamis. Wanita bercadar juga sering diasumsikan radikal," jelas Anton.
KH Anton juga meminta agar Mahfud MD untuk menunjukkan siapa tokoh Arab yang bawa uang ratusan juta dolar ke Indonesia yang akan sebar faham radikal di Indonesia. Jika Mahfud MD tdak bisa buktikan maka ia harus bertanggungjawab secara hukum, sosial dan agama.
Kontra Radikalisme
Sementara itu, pengamat Terorisme dan Intelijen dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya juga prihatin, sekelas Prof Mahfud MD tidak ubahnya seperti pengasong proyek sebuah isu. Apalagi publik juga belum lupa lontaran-lontaran Mahfud MD soal "Provinsi Garis Keras, TNI kecolongan soal Enzo dan sekarang menguar gosip ulama radikal Arab bawa dana ke RI.
"Melihat keukehnya Mahfud MD menggoreng soal radikalisme melalui beragam "angel" mengisaratkan sebuah motif kesengajaan dengan target tertentu," jelasnya.
Harist menilai, dengan pernyataan tersebut Mahfud MD memantik kegaduhan baru dengan isu radikalisme. Kedua, Mahfud menyampaikan informasi (intelijen) yang masih perlu divalidasi apakah informasi tersebut A1.
"Jikapun A1, apa kewenangan seorang Mahfud MD menguar ke publik. Dan bukankah ada lembaga yang memiliki kewenangan untuk antisipasi hal tersebut jika memang dianggap membahayakan terhadap NKRI," paparnya.
Harus Dibuka
Juru Bicara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menyarakan kepada Mahfud MD untuk membuka siapa dan di mana orang dari Arab Saudi yang mendanai penyebaran ajaran radikal di Indonesia.
Menurutnya, keterangan Mahfud tersebut perlu diperjelas agar penindakan terhadap pelaku dapat disegerakan. Sebab jika dibiarkan begitu saja, maka hal itu dapat menimbulkan kecurigaan dan fitnah di tengah masyarakat.
"Saran saya kpd Prof @mohmahfudmd yg sy hormati buka saja siapa dan dimana orang2 dr Arab Saudi yg mendanai penyebaran ajaran Radikal. Agar bisa ditindak segera,dan tidak menebar kecurigaan,fitnah dikalangan anak negeri, shg isu radikalisme, Toleransi tdk terus jd komoditi rente," tulis Dahnil di akun twitter @Dahnilanzar, Minggu (18/8/2019).
Pengamat intelijen dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS),
Khairul Fahmi mengatakan, pernyataan Mahfud MD kali ini soal ada orang Arab yang membawa uang jutaan dolar Amerika ke Indonesia untuk menyebarkan faham radikalisme belum tentu faktual. Karena bisa saja yang disampaikan Mahfud MD di media massa baru sebatas dugaan. Apalagi yang disampaikan Mahfud MD belum jelas sumber informasi yang didapatkannya.
"Tadinya saya kira beliau (Mahfud MD) menyampaikan hasil penelitian dan kajiannya. Tapi ternyata itu informasi dari pihak lain, entah siapa. Kalaupun ada kemungkinan itu benar, statusnya barulah bahan keterangan. Lebih baik jika disampaikan pada lembaga terkait," paparnya.
Khairul menegaskan, pernyataan yang disampaikan Mahfud MD memang terkesan cenderung mengarah ke kelompok yang disebut sebagai "Islam Radikal". Waspada memang tidak ada salahnya, tapi tentu pernyataan Mahfud MD harus tetap berpijak pada nalar yang sehat dan realitas. Khairul pun mengaku termasuk yang selalu menolak istilah radikal digunakan untuk menyebut sesuatu yang sebenarnya merupakan bentuk ekstremitas.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, menanggapi pernyataan Ketua Umum Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD, yang menyebut ada orang Arab berpaham radikal hendak masuk ke Indonesia dan membawa dana dalam jumlah besar. Seperti diketahu, Mahfud MD sempat mengungkapkan bahwa dana itu akan digunakan untuk mendukung gerakan radikalisme di Tanah Air.
Mu’ti meminta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menjelaskan lebih rinci terkait tokoh yang dimaksud, siapa penerima, jumlah dana, dan sebagainya. Penjelasan itu penting agar tidak menimbulkan kegaduhan dan kontroversi yang berkepanjangan.
Sebagai seorang tokoh nasional yang berintegritas, kata Mu’ti, Mahfud MD diyakininya memiliki dasar dan data yang kuat serta dapat dipertanggungjawabkan. [ht]