GELORA.CO - Dalam Kongres V PDIP di Bali, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menceritakan soal tawaran kursi menteri dari Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Wasekjen Partai Demokrat (PD) Andi Arief memberi kesaksian terkait pernyataan Megawati.
"Ibu Mega menceritakan fakta sejarah. Bahwa kemenangan itu bisa untuk jalan persatuan, bisa juga diborong semua oleh pemenang. Saya saksi bahwa memang PDIP dan juga Gerindra saat itu diajak bergabung walau dua partai itu punya pilihan lain," kata Andi Arief kepada wartawan, Kamis (8/8/2019).
Andi Arief mengatakan SBY menjalankan politik gotong saat berkuasa. Sikap SBY ini menurutnya sama dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Jalan politik SBY dan Demokrat saat berkuasa memang diperuntukkan untuk pemerintahan gotong royong. Pemerintahan Pak Jokowi 2014-2019 juga hampir mirip, mengajak PAN, Golkar dan PPP bergabung," sebut Andi Arief.
"Partai Demokrat juga ditawari posisi dalam pemerintahan oleh Pak Jokowi langsung, namun Pak SBY dan Demokrat saat itu memilih jadi penyeimbang," tutur Andi Arief.
Untuk pemerintahan 2019-2024, Andi Arief menyerahkan kepada Jokowi apakah akan merangkul semua pihak atau tidak. Dia memilih menunggu.
"Saya kira untuk 2019-2024 semua kita kembalikan pada Pak Jokowi dan PDIP untuk memilih jalan persatuan atau tidak. Kita menunggu dan menghormati," katanya.
Megawati Soekarnoputri bercerita masa-masa PDIP jadi oposisi di era pemerintahan SBY. Dia menyebut pernah ada tawaran kursi menteri. Cerita itu merupakan bagian intermeso pidato Megawati.
"Waktu presidennya Pak SBY, saya bilang sama beliau, 'Pak, saya nggak masuk kabinet.' Eh ditawari 8 atau piro (berapa). Menteri loh," kata Megawati. [dt]