Insiden di Surabaya dan Malang Hanya Pemantik Bom Waktu di Papua

Insiden di Surabaya dan Malang Hanya Pemantik Bom Waktu di Papua

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengamat Intelijen & Terorisme, Harits Abu Ulya menyebut polemik mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang hanya pemantik kerusuhan. Sebab Papua bagai bom waktu yang terus dipelihara.

“Satu sisi Papua adalah sumber keuntungan ekonomi yang sangat besar kontribusinya untuk Jakarta, dan di sisi lain Jakarta juga di bayang-bayangi rasa khawatir Papua lepas dari NKRI,” ujar Harits di Jakarta, Senin (19/8).

Masalah di sana tak benar-benar diselesaikan. Harits melihat, sejak dulu hingga sekarang, rezim hanya mengelus-elus Papua. Padahal ada kompleksitas persoalan yang belum tuntas.

“Disamping pola penanganan masalah selalu gagap karena takut sorotan pihak asing (luar negeri), banyak spionase asing dengan beragam cover fokus di Papua dengan agenda yang bisa mengancam kedaulatan NKRI atas Papua,” kata Harits.

Kasus Papua ini dikatakan sebagai sekam. Sedikit saja ada pemantik seperti kericuhan di Surabaya dan Malang, sekam itu dipastikan terbakar.

“Pemantik itu bisa saja by design oleh oknum-oknum tertentu di saat ada momentum yang tepat. Aparat perlu memburu sumber-sumber pusat provokasi,” kata dia.

Harits melihat kasus Papua tidak boleh dianggap sederhana, kecil bahkan dianggap kejadian biasa. Jika Jakarta tidak cepat bertindak maka berpeluang menjadi buah simalakama.

Dia mengingatkan bagaimana Organisasi Papua Merdeka masih bercokol di sana. Berupaya melepaskan Papua dari RI. Dibantu oleh pihak asing, maka Indonesia harus sangat berhati-hati.

Mengingat pihak asing juga melihat Papua sangat seksi dan menarik untuk dikangkangi. Menurut Harits, di saat ada momentum yang menguntungkan, maka tidak menutup kemungkinan kontraksi di Papua kali ini akan sulit di selesaikan dan OPM bisa saja menunggangi.

“Dan pihak asing juga terus bekerja “mengawal” isu Papua sampai target mereka tercapai,” kata Harits. [ns]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita