GELORA.CO - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari meminta pemerintah segera mencari terobosan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,2 persen. Eva optimis Indonesia ekonomi Indonesia masih berpeluang tumbuh.
Eva mengusulkan beberapa langkah yang harus dilakukan pemerintah untuk menggenjot perekonomian sektor domestik, diantaranya sektor pariwisata. Menurutnya, hal itu akan mampu menggerakkan potensi ekonomi lokal.
"Situasi resesi harus genjot ekonomi domestik, pariwisata harus menjadi penggerak ekonomi lokal," tukas Eva kepada Kantor Berita RMOL, Kamis (15/8).
Selain itu, pemerintah kata Eva, harus meningkatkan ekspor komoditas pertanian. Diketahui, BPS merilis ekspor komoditas pertanian pada tahun 2019 berada di angka 25 persen lebih.
"Ketika sektor manufaktur menurun kan ekspor Indonesia di komoditas pangan pertanian meningkat tajam, meski global kondisinya sedang tidak bagus, pangan dunia pasti akan terus dibutuhkan, jadi harus digenjot," tandas Eva.
Pemerintah, tambah Eva, harus memperkuat kondisi ekonomi internal, potensi penduduk yang jumlahnya sangat besar, menjadi kekuatan ekonomi dalam negeri. Salah satunya sektor riil harus diperkuat.
"Potensi penduduk banyak, jadi sektor kebutuhan ekonomi yang berhubungan langsung dengan masyarakat harus diperkuat. Dari cara pandang pemerintah yang outward looking (fokus ke luar negeri) diubah menjadi inward looking (fokus di dalam negeri)," tandasnya.
Selain itu, Pemerintah juga diminta segera menghitung ulang target pertumbuhan ekonominya. Eva meminta Kemenkeu, Bappenas dan Bank Indonesia segera duduk bersama untuk mengkoreksi target ekonomi dan menentukan berbagai langkah strategisnya.
Sebelumnya, ekonom senior DR Rizal Ramli memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terjun bebas, jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan perkiraannya, pertumbuhan ekonomi tahun 2019 tidak lagi kuat bertahan di angka 5 persen dan akan anjlok di angka 4,5 persen.
Adapun salah satu indikator makro ekonomi yang disorot RR adalah kondisi defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) yang mengkhawatirkan.
Pada kuartal II 2019, Bank Indonesia mencatat CAD sebesar 8,4 miliar dolar AS atau 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu membengkak dibanding kuartal I 2019 sebesar 7 miliar dolar AS, atau 2,6 persen dari PDB.(rmol)