GELORA.CO - Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor Universitas Indonesia (P3CR UI) telah menjaring 21 nama untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya dalam pemilihan bakal calon Rektor UI yang baru.
Pada 2 September 2019 nanti, panitia dijadwalkan sudah harus melakukan penyaringan untuk diseleksi kembali oleh Panitia Khusus Pemilihan Rektor Universitas Indonesia (Pansus Pilrek UI). 21 nama bakal calon rektor UI diharapkan mampu memenuhi kualitas dan kapasitas untuk membawa UI mampu bersaing di level global. Kualitas dan keahlian SDM Indonesia akan menentukan kekuatan SDM Indonesia dalam persaingan tenaga kerja internasional.
Lulusan perguruan tinggi nasional harus siap kerja dan memiliki kualitas di atas rata-rata agar tidak tergerus oleh tenaga kerja asing. Demikian ditegaskan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Hariyadi Sukamdani, menyikapi pemilihan Rektor Universitas Indonesia, Rabu (21/08/2019).
Menurut Hariyadi Sukamdani, Universitas Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, yang menjadi barometer bagi perguruan tinggi lainnya.
Hariyadi menandaskan bahwa Rektor UI perlu memiliki mindset terbuka adalah perguruan tinggi yang memiliki kesempatan untuk menang dalam persaingan global bagi anak didiknya. Hal senada diungkapkan Cris Kuntadi, Ketua Alumni Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN). Menurutnya, UI memerlukan figur rektor baru yang berpengalaman, memahami UI secara baik, memiliki jiwa kewirausahaan dan memahami tata kelola yang baik. “Pengalaman mengelola kampus menjadi penting karena figur tersebut akan langsung tancap gas untuk memajukan kampus UI menjadi jauh lebih baik lagi. Pemahaman terhadap proses bisnis kampus juga tidak kalah pentingnya agar tidak terjadi kesalahan fatal karena hanya mengandalkan informasi yang kurang valid/akurat,” ujar Cris Kuntadi yang juga merupakan Staf Ahli Menteri Perhubungan.
Salah satu calon Rektor UI yang telah berhasil melewati seleksi berkas dan verifikasi, yaitu Dr. Arissetyanto Nugroho, MM. Sebelumnya, Arissetyanto merupakan Rektor Universitas Mercu Buana selama dua periode. Dalam hal ini, Cris Kuntadi sepakat mengenai kepantasan Arissetyanto Nugroho menduduki jabatan rektor UI baru untuk masa bakti 2019-2024.
Berdasarkan pengalamannya bekerjasama, Arissetyanto merupakan sosok excellent leader yang mampu merealisasikan visi dan misi kampus serta terbukti memahami benar terkait dengan good governance, transparansi, akuntabilitas dan berintegritas. Arissetyanto merupakan Alumni Fakultas Teknik UI dan Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) dua periode (2010-2018). Ia memiliki kans yang kuat untuk menjadi rektor UI. Alasannya, berdasarkan pengalaman sebagai Rektor UMB, Arissetyanto Nugroho telah melakukan program strategis untuk menjawab tantangan universitas dalam menyiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja. UMB telah mewajibkan mahasiswa untuk memiliki setidaknya satu sertifikasi kompetensi. Dan ini harus dimiliki mahasiswa sebelum lulus S-1. Untuk keperluan itu, UMB kemudian membangun Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Universitas tahun 2016.
Hariyadi menandaskan bahwa Rektor UI perlu memiliki mindset terbuka seperti Arissetyanto agar perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk menang dalam persaingan global bagi anak didiknya. Sementara menurut Cris Kuntadi, tantangan utama yang dihadapi oleh calon rektor UI itu adalah mempercepat gerak langkah, menyamakan persepsi, satu visi dan misi seluruh civitas academica.
Jika ada hambatan dari internal, tancap gas akan sulit dilaksanakan. Namun Cris Kuntadi yakin sekalipun tantangan itu ada, Arissetyanto Nugroho mampu mengatasinya berkat pengalamannya menjabat sebagai Rektor Universitas Mercu Buana selama dua periode.[tsc]