GELORA.CO - Lebih dari lima ratus Warga Negara Indonesia (WNI) dan Diaspora Indonesia di wilayah District of Columbia, Maryland dan Virginia (DMV) memadati Wisma Indonesia untuk mengikuti Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Washington, D.C., Amerika Serikat Sabtu (17/8).
Meskipun berlangsung di bawah terik matahari musim panas di Amerika Serikat (AS) yang mencapai suhu 36 derajat celsius, suasana upacara tetap terasa khidmat dan meriah.
Bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Mahendra Siregar. Sedangkan Komandan Upacaranya adalah Mayor Marinir Arif Bastian Sanusi, Perwira TNI Angkatan Laut yang saat ini tengah menempuh pendidikan militer di Marine Corps University, Command and Staff College di Quantico, Virginia.
Ditengah terik matahari yang panas, upacara berlangsung lancar dan khidmat. Dubes Mahendra Siregar kagum melihat antusiasme para WNI dan Diaspora Indonesia tersebut.
“Membanggakan, meskipun dalam cuaca sangat panas, semuanya tetap bersemangat untuk ikut upacara sampai selesai," ujar Dubes Mahendra, melalui keterangan tertulis yang diterima, Senin (19/8).
“Ini menunjukkan rasa cinta masyarakat dan diaspora Indonesia kepada tanah air, yang tidak luntur dan bahkan makin kuat walaupun berada jauh di negeri orang,” sambungnya.
Paskibra dan Aubade Anak pada tahun ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa dan pelajar asal Indonesia yang berada di AS, namun juga diisi oleh para anak Diaspora Indonesia yang lahir dan besar di Amerika Serikat.
Selain untuk tujuan pemberdayaan, hal tersebut juga untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan memperkuat wawasan kebangsaan anak-anak Diaspora Indonesia di Washington, D.C. dan sekitarnya.
“Hal yang sangat spesial melihat Aubade Anak-Anak, Paskibra, maupun para petugas upacara menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Saya sangat mengapresiasi semangat dan kerja keras mereka berlatih selama kurang lebih dua bulan belakangan ini. Semoga ini terus memupuk semangat cinta tanah air mereka,” ucap Dubes Mahendra.
Paskibra Washington, DC tahun 2019 ini berjumlah 19 (sembilan belas) orang dengan kisaran usia antara 13-17 tahun. Mereka merupakan gabungan antara unsur pelajar, mahasiswa Indonesia dan Diaspora Indonesia yang dua bulan telah berlatih dengan rutin dan keras di bawah sinaran terik matahari musim panas AS.
“Tidak semua orang bisa dapat kesempatan ini. Saya sangat bangga! Sejak saya kecil, saya tidak pernah absen untuk selalu ikut kegiatan 17-an," seru Dimas, salah satu anggota Paskibra yang lahir dan besar di Washington, D.C., dengan penuh semangat.
Tidak hanya itu, suasana upacara semakin semarak dengan hadirnya Paduan Suara Aubade Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Washington, D.C. yang melantunkan medley lagu-lagu perjuangan maupun lagu-lagu daerah yang sudah sangat akrab di telinga para hadirin yang hadir. Beberapa lagu itu diantaranya lagu Pada Pahlawan, Berkibarlah Bendera Negeriku, Zamrud Khatulistiwa, Indonesia Jaya, Melati Suci, dan Manuk Dadali.
Aubade Anak juga menambah kemeriahan suasana upacara dengan lantunan lagu-lagu nasional. Walaupun sebagian sudah lama tinggal di Amerika Serikat, anak-anak Diaspora Indonesia mampu dengan fasih menyanyikan lagu-lagu penggugah semangat cinta bangsa seperti Hari Merdeka, Garuda Pancasila, dan Berkibarlah Benderaku berkat latihan rutin dan kerja keras mereka selama satu bulan ke belakang.
Dubes Mahendra juga mengajak semua yang hadir untuk menonton dua film dokumenter singkat yang menampilkan momentum detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, peristiwa penurunan bendera Belanda dan bendera Merah Putih dinaikkan, yang menandai proses pergantian kekuasaan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia.
“Ini hal yang penting untuk kita ketahui bersama, dan mudah-mudahan ini dapat menjadi salah satu pengingat yang dapat terus meningkatkan rasa cinta kita kepada tanah air” imbuhnya.
Momentum perayaan kemerdekaan itu juga diisi dengan pemberian apresiasi dan penghargaan. Selain menyerahkan penghargaan Satyalencana Karya Satya 20 tahun kepada tiga pejabat KBRI yaitu Bhima Dwipayudhanto, Yudho Sasongko, dan Erlang Tjitrawasita, Dubes Mahendra juga memberikan penghargaan tahunan Ambassador’s Award for Excellence kepada enam pelajar dan mahasiswa Indonesia berprestasi di AS.
Secara khusus, untuk pertama kali pada tahun ini diberikan penghargaan Ambassador’s Award For Excellence in Arts and Culture kepada tiga pegiat seni budaya Indonesia atas pengabdian, dedikasi dan capaian dalam mempromosikan seni budaya Indonesia di Amerika Serikat. Selain itu, juga diberikan penghargaan kepada sebelas kelompok seni budaya Indonesia di Amerika Serikat atas upaya dan dedikasi mereka dalam mempromosikan seni budaya Indonesia di AS.
“Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi para pegiat seni budaya, sekaligus pelecut semangat untuk terus lebih baik lagi ke depannya,” jawab Dubes Mahendra ketika ditanya hal utama yang mendasari pemberian penghargaan-penghargaan tersebut.
Penghargaan Ambassador’s Award For Excellence in Arts and Culture diberikan kepada Muryanto (pelatih Gamelan Jawa KBRI), I Nyoman Suadin (pelatih Gamelan Bali KBRI), dan Clare Selgin Wolfowitz (pemerhati serta promotor seni dan budaya Indonesia asal AS).
Untuk kelompok seni budaya, Dubes Mahendra memberikan penghargaan kepada Indonesian Kids Performing Arts (IKPA), Rumah Gadang USA, House of Angklung, Singo Lodoyo USA, Rumah Indonesia, Saroha USA, Gamelan Bali KBRI, Gamelan Jawa KBRI, Santi Budaya Indonesian Performing Arts, Pesona Irama Washington, D.C., dan Keroncong Rumput.
Ambassador’s Award for Excellence in Education untuk kategori Pendidikan Tinggi diberikan kepada Gian Afrisando Pujakusuman (mahasiswa doktoral sekaligus artis musisi dan komposer di Universitas Minnesota), Dr. I Made Subagiarta (dokter muda yang sedang menempuh pendidikan tinggi master di Harvard Medical School.
Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada Division of Health Care Policy Research and Education dan riset di bidang cancer & blood center, Macy and Global Institute), Valentino Sudaryo (Tau Beta Pi fellow dan mahasiswa S1 di MIT jurusan Bio Engineering dan riset di bidang rechargeable batteries dari virus khusus).(rmol)