GELORA.CO - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sampaikan evaluasi capaian realisasi ekonomi makro provinsi DKI Jakarta dalam sidang paripurna penyampaian rancangan anggaran peraturan daerah tentang perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah Tahun Anggaran 2019.
Dalam sidang tersebut Anies membeberkan kondisi capaian atau realisasi ekonomi makro Provinsi DKI Jakarta. Anies, pun menjelaskan ada tiga indikator yang mempengaruhi perkembangan ekonomi makro.
Pertama pertumbuhan ekonomi, dimana terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama ke triwulan kedua itu.
"Pada Triwulan I 2019, ekonomi Provinsi DKI Jakarta tumbuh sebesar 6,23 persen, sementara pada Triwulan II 2019 turun menjadi 5,71 persen. Realisasi pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi lebih rendah pertumbuhan pada Penetapan APBD Tahun Anggaran 2019 sebesar 6,60 persen," jelas Anies di ruang DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (16/8).
Indikator kedua yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi makro di DKI Jakarta adalah inflasi.
"Sedangkan, inflasi pada Triwulan I 2019 tercatat sebesar 3,01 persen dan pada Triwulan I 2019 meningkat menjadi 3,49 persen. Realisasi inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi Penetapan APBD Tahun Anggaran 2019 sebesar 3,60 persen," tambah Anies.
Lalu indikator ketiga adalah adanya pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Bisa jadi, tambah Anies naik turunnya nilai tukar juga disebabkan oleh kontestasi Pemilihan Umum 2019 yang dilakukan pada triwulan ke dua pada April 2019 lalu.
Indikator makro lainnya yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Nilai tukar Rupiah saat ini berada di atas angka Rp 14.000 per Dollar Amerika, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi nilai tukar pada Penetapan APBD, yang berada pada kisaran Rp.13.500- 13.700 per Dollar Amerika," tutup Anies.
Atas temuan realisasi makro ekonomi tersebut, Anies menjelaskan rencana perubahan APBD yang salah satunya meliputi asumsi makro ekonomi.(rmol)