Cara Unicorn Habisi Produk Lokal Indonesia

Cara Unicorn Habisi Produk Lokal Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Penulis: Amri Piliang

Business Online sedang merajalela, Unicorn sedang hangat dibahas setelah debat Pilpres kedua bergulir. Sayangnya, banyak yang tidak faham dengan dampak berbahaya unicorn, apalagi jika pemerintah masih menutup mata akan kedunguannya. Bahkan banyak yang menertawakan, ketika Prabowo menyebut Unicorn membawa keuntungannya ke luar negeri.

Seorang warganet tamatan sekolah bisnis di Inggris secara gamblang membongkar rencana China menghancurkan Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia melalui unicorn lokal berbentuk marketplace atau situs jual beli.

Marketplace memilki data transaksi seller, produk mana saja yang laris, dari situ mereka akan mengembangkan produk sendiri. Sudah cukup sering kejadian, produk laris UKM tiba-tiba muncul kloninganya dengan harga lebih murah karena dari luar alias impor.

Yang lebih gila, barang-barang import dari China tersebut dikirim ke Indonesia tanpa ongkir!

Dan hasilnya, 94% barang yang dijual di marketplace sekarang adalah impor. Jangan terlalu lugu mempercayai informasi bahwa marketplace ada untuk menguntungkan UKM (kecuali beberapa)

Sayangnya lagi, banyak para milenial yang bangga menjadi importir segala barang dari China. Mungkin saat ini bisa bertahan, tapi itupun juga tidak akan lama, karena tahap selanjutnya seller-seller luar akan banyak direct selling ke market indonesia. Jadi jangan heran kalau nanti akan banyak seller dari tiongkok misalnya, jualan di lazada atau tokopedia. Barang langsung dikirim dari sana dengan ongkir murah bahkan gratis.

Kok bisa murah? Itulah pintarnya Tiongkok, mereka punya program OBOR (One Belt One Road) alias jalur sutra abad 21, ngeri dan ciamik strateginya. Sialnya, pemerintah kurang aware ya dalam geostrategi gini yah. Barang marketplace 94% impor aja, Kemendag baru sadar akhir-akhir ini. 😅

Kalau anda brand owner lokal, pertimbangkan bijak apakah perlu memakai kanal marketplace. Kalaupun iya, jangan jadikan itu jangka panjang, yang pegang database buyer mereka. Anda harus mulai membangun kanal penjualan yang dimana database buyer anda yang pegang.

Sekedar informasi Alibaba telah mengakuisisi LAZADA senilai USD 3,5 Milyar. TOKOPEDIA senilai USD 1,1 Milyar. Sementara SHOPEE yg menjadi pesaing TOKOPEDIA dan LAZADA di 3 besar marketplace yg paling banyak penggunanya di negeri ini di miliki oleh Chris Feng dari Singapura.

Data dari Bank Indonesia, total nilai transaksi marketplace di Indonesia adalah Rp. 75 Trilyun hanya pada tahun 2017 saja. Dengan jumlah konsumen 24,7 jt orang. Untuk tahun 2018, mencapai 100 Trilyun dengan persentase produk asing 94% dan produk lokal hanya 6%.

Tahukah anda bagaimana mereka memperlakukan pasar kita yg sangat besar itu?. Istimewa, Milyaran dollar mereka telah dan siap kucurkan lagi untuk menguasai pasar e commerce kita. Ya, Di seluruh negara ASEAN, Indonesia adalah pasar terbesar, bahkan mencapai 87% dari total pasar e commerce Asia Tenggara.

Melihat kenyataan ini, sungguh miris rasanya. Kita di serang dan di kuasai dr berbagai arah. Darat dan Udara, dunia Nyata dan Maya. Tambang kita, infrastruktur, Pengairan kita, Pembangkit listrik kita, kebun kita, tanah kita, perumahan kita, dan kini e commerce kita.

Dan yang lebih lucu adalah Pemerintah memberi jalan tol kepada mereka. Jalan tol beneran, dan jalan tol kebijakan utk menguasai pasar kita.

NGERI… KITA..Jadi penonton saja.. Marwah NKRI dikuasai Asing…

Ayo kita munculkan lagi gerakan belanja di warung sebelah!
Share agar yg lain ikutan melek informasi dan SADAR CINTA NKRI SEJATI..

Saudara2ku sebangsa dan setanah air, nengingat semua ekonomi sudah dikuasai asing dan membanjinya barang2 import, mari belanja untuk kebutuhan hidup masing2 keluarga benar2 yang sangat dibutuhkan (tinggalkan barang import seperti buah luar negri dan lainnya) dan berbelanjalah pada sesama saudara2 kita sendiri/pindah dari yang ber ac ke pasar tradisional. Semoga Allahu Rabbi memberikan keberkahan pada kita semua, Aaamiiin ya Raab.. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita