GELORA.CO - Bentrokan antara separatis Houthi di selatan dan pengawal presiden di Aden, telah menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai dua lainnya pekan ini.
PBB khawatir dengan situasi yang tengah berkembang di Ade tersebut dam menyerukan untuk de-eskalasi. PBB menyoroti keretakan di dalam koalisi pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memerangi gerakan pemberontak Houthi sejak 2015.
Separatis yang didukung UEA dan pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional bersatu dalam pertempuran mereka melawan Houthi. Namun mereka memiliki agenda yang bersaing untuk masa depan Yaman.
Hubungan antara Hadi dan UEA mengalami ketegangan di tengah tuduhan bahwa UEA telah menawarkan perlindungan kepada politisi Yaman selatan yang berkampanye untuk memisahkan diri.
Menteri Dalam Negeri Yaman Ahmed al-Mayssari mengatakan pemerintah sejauh ini telah mempraktekkan pengekangan untuk menjaga stabilitas di Aden, tetapi siap sepenuhnya untuk memerangi tindakan apa pun yang menargetkan institusi negara.
"Kami menyerukan kepada rakyat Yaman untuk tidak menanggapi panggilan seperti itu karena mereka hanya bertujuan untuk perang dan hanya melayani kaum Houthi," kata Maysarri.
Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, menyatakan keprihatinannya tentang gejolak di Aden.
"Saya khawatir dengan eskalasi militer di Aden hari ini, termasuk laporan bentrokan di sekitar Istana Presiden. Saya juga sangat prihatin dengan retorika yang mendorong kekerasan terhadap institusi Yaman," kata Griffiths dalam sebuah pernyataan.
Peningkatan kekerasan akan berkontribusi pada ketidakstabilan dan penderitaan di Aden dan akan memperdalam perpecahan politik dan sosial Yaman," sambungnya.
"Saya menyerukan kepada pihak-pihak yang terlibat untuk meninggalkan kekerasan dan terlibat dalam dialog untuk menyelesaikan perbedaan. Saya juga mendesak semua pihak yang berpengaruh untuk melemahkan situasi dan memastikan perlindungan warga sipil," tambahnya, seperti dimuat Al Jazeera. (Rmol)