Taliban Datang

Taliban Datang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh M Rizal Fadillah

Setelah rencana Jokowi membubarkan FPI maka dengan pengaturan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Wapres JK menerima 8 orang delegasi Taliban Afghanistan dipimpin Abdul Ghani Baradar. Kedatangan mengejutkan mengingat Taliban adalah organisasi yang pernah diberi stempel "teroris" dan menjadi kekuatan anti pemerintah sah Afghanistan di bawah Presiden Ashraf Ghani yang dikenal sebagai "boneka" Amerika. Taliban pernah berkuasa lima tahun yang kemudian dijatuhkan atas  invasi Amerika. Taliban bersama mujahidin ikut merontokan Uni Sovyet dengan  kepemimpinan "boneka" Babrak Karmal yang kemudian digantikan Najibullah sesama boneka pula. 

Kedatangan Taliban sebagai oposisi yang bukan kalah dalam pemilu, tetapi kekuatan bersenjata melawan rezim dukungan militer Amerika. Bergerilya menghancurkan bendungan, membom kantor polisi Kabul, serta aksi aksi kekerasan lain. Rezim dan militer Amerika kalang kabut kelelahan menghadapi kegigihan  mujahid Taliban. Taliban sukses menekan dan menjadi "pemenang" pertempuran. Kini delegasi Taliban bebas bersafari ke berbagai dunia Islam termasuk ke Indonesia. 

Ada tiga hal penting "message" kedatangan Taliban yang diterima baik oleh Wapres JK ini, yaitu :

Pertama, bahasa formal membangun "relasi politik" masa depan dalam semangat perdamaian. Seolah menyatakan untuk suatu kemerdekaan dan perdamaian mesti siap berperang "Si vis pacem, para bellum". Itu yang dilakukan Taliban. Perlawanan akan sampai pada ujungnya yakni pengakuan dan diplomasi untuk damai.

Kedua, keterkoyakan dan perpecahan Afghanistan karena aneksasi asing dan rezim boneka. Itu yang dilawan Taliban dan sebelumnya oleh Mujahidin. Sejak kudeta terhadap monarkhi, Sovyet telah menancapkan kuku di Afghanistan. Begitu juga kudeta selanjutnya mendatangkan Amerika. Akibatnya konflik tak bisa selesai karena konflik dijadikan ajang "proyek" penguasaan asing tersebut.

Ketiga, sekularisasi oleh rezim yang berbau komunis maupun liberal mendapat perlawanan keagamaan yang gigih. Pemojokan atau pengikisan nilai-nilai keagamaan untuk kepentingan politik sekuler menguatkan kristalisasi pada basis basis keagamaan. Taliban memberi pelajaran. 

Bagi bangsa Indonesia yang dirasakan Pemerintahannya juga sedang mendekat kepada kekuatan asing China mesti mewaspadai kedatangan kekuatan asing lain apakah Amerika atau Eropa atau lainnya. Karena dapat berakibat bangsa dan negara Indonesia akan menjadi ajang perebutan pengaruh kekuatan global tersebut. Konflik merembes pada antar anak bangsa. Mulainya retak berujung pecah. 

Aspek lain yang juga terasa adalah semakjn masifnya semangat sekularisasi dan pragmatisme politik. Ini bisa menimbulkan penguatan basis keagamaan umat. Hukum dialektika bukan tak mungkin terjadi. Perlawanan pun semakin menguat dan menggumpal. Stabilitas politik menjadi terancam. Rezim sekuler mesti sadar dan menghentikan program berbahayanya tersebut. Agar bangsa dan negara Indonesia selamat.

Taliban dan Afghanistan memberi pelajaran. Perdamaian itu menjadi sangat mahal. 

30 Juli 2019 (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita