*Penulis: Iramawati Oemar
Jika anda bulan-bulan kemarin berjuang untuk membesarkan partai tertentu, mungkin anda sudah kecewa dan berhenti berjuang ketika politisi partai yang ada dukung ngomongnya di layar tv belepotan dengan sikap songong, segera setelah perolehan suaranya dipastikan cukup untuk “menebus” 1 kursi di Senayan.
Jika anda selama 5 tahun ini setia berjuang bersama Prabowo untuk menjadikannya Presiden, jika anda selama 10 bulan berjuang untuk menjadikan Prabowo dan Sandi jadi presiden dan wapres, maka perjuangan anda selesai hari ini.
Tapi…,
Jika anda berjuang demi masa depan anak dan cucu kita, pribumi pewaris sah negeri ini, jika anda berjuang untuk kejayaan bangsa dan negara, untuk Indonesia yang lebih bermartabat, lebih mandiri dan berdaya, maka perjuangan anda belum selesai.
Jika anda berjuang demi tetap tegaknya nilai-nilai kehidupan beragama sesuai sila pertama Pancasila, demi tetap adiluhungnya nilai-nilai akhlak dan moral sebagai bangsa yang beradab, maka perjuangan anda justru sedang dimulai.
Sebab, jika semua berada di satu sisi, yaitu sisi penguasa, maka negara ini hanyalah milik segelintir penguasa.
Jika semua memilih ber-rekonsiliasi dan ogah jadi opoisisi, maka kediktatoran akan makin menguat.
*****
Pertemuan di sebuah stasiun MRT itu TIDAK TIBA-TIBA, saudaraku. Bukan seperti anda janjian dengan teman, misalkan saya yang orang luar Jakarta, ‘ndeso’ belum pernah naik MRT, lalu anda yang baru menang arisan mengundang saya mencoba naik MRT sekalian mau mentrakrir saya makan. Bukan, tidak sesederhana itu!!
Prabowo dan Jokowi bertemu, pasca putusan MK, pastilah sudah panjang “perundingan”nya. Ada lapis-lapis di bawah kedua tokoh tersebut yang tentunya sudah merundingkan “syarat dan ketentuan” berlaku. Kalau sudah sepakat bertemu, itu artinya segala hal teknis dan strategis sudah clear!!
Plis deh jangan NAIF, hanya karena tempat pertemuannya di stasiun MRT lalu kita memakluminya.
Esensinya BUKAN SOAL TEMPAT!
Coba pikirkan beberapa hal : apa benar kabarnya hari ini memang penumpang umum tidak boleh naik MRT, atau mungkin ada jalur khusus yang diblokade karena disiapkan untuk skenario pertemuan kedua tokoh tersebut?!
Lalu lihat moment-nya, tanggal berapa sekarang? 13 Juli 2019.
Kabarnya, besok, 14 Juli 2019 akan ada pidato kemenangan dari presiden yang ditetapkan menang oleh KPU dan MK.
Nah lho!! Pas bangeeet kan?!
Legitimate!! Legitimasi, itulah yang dibutuhkan oleh seseorang yang kemenangannya oleh sebagian publik tidak diakui. Seperti kata Rocky Gerung : Jokowi memiliki legalitas sebagai pemenang, tapi legitimasi ada pada Prabowo.
Nah, hari ini, dia perlu bertemu dan bersalaman dengan sang pemilik legitimasi itu!
Untuk apa?!
Ya tentu saja untuk men-“stempel”, melegalisir pidato kemenangannya besok.
Semalam di banyak WA grup beredar video Pak Prabowo menemui emak-emak yang berdemo di depan rumahnya. Dalam pernyataannya Pak Prabowo memang mengisyaratkan bakal ada pertemuan dengan Jokowi. Namun sungguh saya tak menyangka sama sekali bahwa pertemuan itu akan terjadi hanya beberapa jam setelah Prabowo menemui emak-emak.
Saya pikir, kalaupun terjadi, masih sebulan lagi, menunggu 17 Agustus.
Selain video Prabowo, beredar pula flyer sebuah acara bertajuk “Young (yang) penting Indonesia”. Ada wajah Sandiaga Uno dan Erick Tohir. Acara itu “mengawinkan” 2 organisasi kaum millenials, GMI dan Kita Satu. GMI adalah kelompok milenial pendukung 02 dan Kitasatu dari namanya saja jelas kelompok pendukung 01. Kapan acara itu digelar?! Menurut flyer tersebut hari Sabtu, 13 Juli 2019 sore, dengan dress code baju warna merah-putih. (Lihat gambar di bawah ini).
Kebetulan saja?!
Oh NO!! Jelas tidaklah!
Sekali lagi anda super naif kalau tetap melihat semua ini hanyalah serba kebetulan belaka.
Sekali lagi saya ulangi : baik pertemuan Prabowo dengan Jokowi di stasiun MRT maupun pertemuan Sandi Uno dengan Erick Tohir plus kedua gerbong pendukung masing-masing pada HARI INI, sama sekali BUKAN KEBETULAN, TIDAK SPONTAN, SUDAH DIRENCANAKAN!!
Hari yang bisa dikatakan “INJURY TIME” bagi kubu Jokowi, terkait jadwal pidato kemenangannya.
Jam 16.25, di salah satu WAG saya menerima kiriman foto seperti di bawah ini. Ada Sandi Uno dan Erick Tohir, dikelilingi anak-anak muda berbaju merah-putih. Hmm…, berarti sesuai flyer, acara itu terlaksana.
Politik itu selalu punya 2 panggung, panggung depan dan belakang.
Nah, kalau panggung depannya saja sudah sedemikian matang diatur, bagaimana pula panggung belakangnya?!
Anda yang sok tahu bahkan menjamin tidak ada deal-deal apapun, dari mana anda tahu?! Siapa yang memberi jaminan itu?!
Tidak ada ucapan selamat?!
Mari kita cermati transkrip sambutan Pak Prabowo siang tadi ketika bersama Jokowi. Saya sih gak peduli pada sambutan Jokowi. Bagi saya apa.yang dikatakan Prabowo, itu yang penting saya cermati. Lihat screen shoot yang sudah saya beri 2 lingkaran merah di bawah ini.
Lingkaran pertama :
“… terima kasih Pak luar biasa bangga bahwa Indonesia akhirnya punya pemimpin yang bisa membantu kepentingan rakyat.”
Nah, jelas kan, ini suatu bentuk PENGAKUAN bahwa “akhirnya Indonesia punya pemimpin…”, artinya proses pemilihan pemimpin itu sudah selesai dan sudah diakui terpilih pemimpin yang “membantu kepentingan rakyat”.
Apapun diksi yang dipilih, frase pertama sudah menunjukkan PENGAKUAN!
Lalu lingkaran kedua :
Prabowo mengatakan bahwa dirinya ditanya kenapa belum juga menyampaikan selamat atas penetapan Jolowi sebagai presiden RI 2019 – 2024. Kemudian Prabowo menjelaskan bahwa dia punya tata krama bahwa ucapan selamat itu maunya (akan disampaikan) langsung ketemu bapak.
Nah, siang tadi pertemuan itu sudah terjadi. Maka ucapan “selamat bekerja” dari Prabowo kepada Jokowi sama maknanya dengan selamat atas ditetapkannya Jokowi oleh KPU.
Tidak bisa dimaknai lain. Clear!!
Dalam kalimat-kalimat selanjutnya, jelas Prabowo mengatakan “… kita sama-sama patriot, dst…” (lihat screen shoot kedua). Nah, sekali lagi pujian untuk Jokowi. Loud and clear!!
Kenyataan ini tentu MENYAKITKAN bagi seluruh relawan yang jangankan memuji, menerima “kemenangan” yang diwarnai kecurangan disana sini itu saja belum sanggup!
Putusan MK yang menyakitkan itu baru 2 minggu yang lalu.
Bahkan Pilpres 17 April saja belum genap 3 bulan berlalu. Lelahnya terasa belum hilang, apalagi yang mengawal suara berhari-hari di kecamatan, bahkan ada yang sampai 2 minggu.
Bagi saya, jelas ini pedih, perih, tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
3 Juli 2019, 10 hari yang lalu, saya menulis surat terbuka kepada Pak Prabowo dan Bang Sandi. Itu upaya maksimal yang bisa saya lakukan, sebab saya bukan orang yang punya akses mudah bertemu Pak Prabowo dan Bang Sandi.
Dengan viralnya surat terbuka itu, saya berharap beliau berdua mendengar jeritan para relawan, mau mempertimbangkan aspirasi relawan.
Saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah ikut memviralkan surat terbuka saya, tapi hari ini, mohon maaf, kita harus REALISTIS : harapan kita KANDAS!!
Saya kecewa?! So pasti!!
Saya menyesal selama 10 bulan berjuang untuk Prabowo – Sandi?! TIDAK!!
Sebab mereka berdua pilihan terbaik yang ada saat itu. Toh Allah hanya memerintahkan kita memaksimalkan ikhtiar, tidak mewajibkan kita menang.
Hari ini, dengan atau tanpa Prabowo – Sandi, dengan atau tanpa dukungan sebagian teman-teman (yang memilih memaklumi bahkan mendukung pertemuan tadi siang), saya menyatakan tetap akan berjuang sebagai RAKYAT OPOSISI.
Halaaah siapa sih saya ini?!
Nothing! But at least saya berusaha menunjukkan SIKAP saya untuk tidak pernah berkompromi dengan yang telah menodai demokrasi.
Oh ya, sekedar catatan : saya makin meragukan itikad baik rekonsiliasi ini bagi seluruh anak bangsa, setelah semalam saya menonton di AKI Malam TV One bagaimana Ngabalin dengan arogan dan penuh amarah justru memprovokasi kemarahan ummat.
Begitu pula pagi tadi di AKI Pagi TV One, Arya Sinulingga sebagai jubir TKN 01 mengatakan “tidak boleh ada syarat bagi rekonsiliasi”.
Sudah gitu aja! Maunya memang cuma minta Pak PS ketemuan, lalu salaman dan konpers bareng dengan kalimat-kalimat basa basi penuh puja dan puji.
Maaf, saya tidak sudi jadi bagian yang mendukung rekonsiliasi.
Yang tidak setuju dengan tulisan saya, silakan mulai hari ini berhenti membaca tulisan saya.
Yang jelas, bagi saya PERJUANGAN BELUM SELESAI.
Dan…
Mungkin ini PERINGATAN dari ALLAH SWT, agar kita tidak terlalu membenarkan dan bergantung pada sesama manusia. (*)
Wassalam,