*Penulis: Asyari Usman (wartawan senior)
Kecewa terhadap Prabowo, tak usah berlama-lama. Cukup beberapa jam saja. Saya merasakan kekecewaan itu cuma setengah jam. Alhamdulillah, setelah itu semuanya hilang.
Perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kejujuran, masih panjang. Mungkin juga tidak berujung sampai dunia kiamat.
Kita harus terus memahami bahwa perjuangan itu tidak musti dipimpin oleh satu orang. Saya setuju bahwa “pemimpin sejati” perjuangan itu bukan manusia, melainkan nilai-nilai. Values. Dan kita sudah paham nilai-nilai yang hendak kita tegakkan. Yaitu, sekali lagi, keadilan yang berlaku standar untuk semua orang.
Dari perjuangan pilpres 2014 dan 2019 kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa orang-orang yang dianggap pemimpin atau yang diharapkan sebagai pemimpin belum tentu bisa menjadi pemimpin umat. Banyak pemimpin yang sukses di berbagai bidang tetapi berat mengemban amanah untuk perjuangan nilai-nilai tertentu.
Ada momen-momen yang melelahkan dalam perjuangan. Ini sangat manusiawi. Berjuang dengan segala risiko, tidaklah ringan. Prabowo telah melakukan itu. Dan ada limit yang harus dipahami oleh kalangan pendukungnya.
Hari ini, perjuangan Prabowo untuk menegakkan keadilan dan membela rakyat miskin, sebagaimana sering dia ucapkan, kini mencapai limit itu. Tidak ada yang istimewa ketika seorang pejuang telah mencapai titik kulminasinya. Semua orang punya limit tertentu
Limitasi itu pasti akan dialami setiap orang yang berjuang untuk perbaikan. Hari ini, giliran Prabowo yang mencapai titik batas itu. Dia sudah ‘stretched to the limit’. Sudah habis-habisan. Mungkin juga sudah jenuh. Bisa jadi bagi dia sudah tiba saatnya mengikuti derap langkah yang lebih menyegarkan suasana.
Tentu saja tidak ada seorang pun yang berhak dan bisa mendikte Prabowo ketika dia ingin melakukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang, barangkali, lebih mengasyikkan baginya. Sesuatu yang lebih masuk akal bagi dia dan para pembantu dekatnya. Sesuatu yang realistis dibandingkan dengan perjuangan yang dia rasakan tak berkesudahan.
Namun, bagi banyak orang lain, perjuangan akan berlanjutt. Tidak akan berhenti meskipun samudera telah diseberangi, gunung telah didaki. (*)