GELORA.CO - Adu argumen di negeri ini menjadi sorotan serius Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Baginya narasi dibutuhkan untuk membangun negeri menjadi lebih baik.
Dalam pengamatannya, banyak kelompok yang tidak mau berpayah-payah membangun argumen. Mereka memilih membonceng kekuasaan dan membangun pengaruh dengan kekuasaan di belakang layar.
“Karena kekuasaan itu meski di tangan orang dungu dia tegap lebih berpengaruh dari pikiran raksasa para filsuf,” tegasnya dalam akun Twitter pribadi, Sabtu (20/7).
Membangun pemikiran alternatif memang pekerjaan yang sulit. Tapi hal tersebut harus dilakukan untuk menahan laju pemerintah agar tidak kebablasan.
“Bagi oposisi, bangunlah mazhab berpikir yang serius,” ujar pendiri Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) itu.
Fahri mengakui bahwa ide-ide yang muncul memang acapkali kalah saat berhadapan dengan aura kekuasaan dan uang yang meniup imajinasi publik dan syahwat sederhana.
“Tapi mengapa argumen tetap diperlukan? Karena semua pasti bermula dari ide dan pikiran. Bahkan pragmatisme pun adalah argumen. Sinisme itu ide,” terangnya.
Lebih lanjut, Fahri berharap penguasa akan melihat pikiran sebagai sesuatu yang berharga. Sehingga, ruang gerak bagi pikiran dibuka lebar dan kehendak untuk melakukan persekusi terhadap argumen ditutup rapat.
Menurutnya, semakin sedikit menggunakan pemaksaan dengan kekuasaan maka semakin harmoni tercipta. Tapi jika kekuasaan semakin memaksakan kehendak dan malas berargumen, maka kehancuran semakin cepat tercipta.
“Inilah hukum besi sejarah. Inilah hukum alam. Sunatullah dalam kehidupan,” tutupnya. [rmol]