Karpet Merah Gerbong Prabowo

Karpet Merah Gerbong Prabowo

Gelora News
facebook twitter whatsapp

PERTEMPURAN bukan cuma berujung kalah-menang. Bisa juga hasilnya semua menang, semua senang.

Lewat pertempuran politik, sumbatan bahkan jalan buntu bisa terbuka. Sekalipun para pihak yang bertempur tidak tahu cara memenangkannya; ketika semua bergerak, di sanalah para aktor politik berharap menemukan jalan keluar. 

Kira-kira begitu guratan makna di balik perjumpaan mesra Joko Widodo dengan Prabowo Subianto di stasiun MRT Lebak Bulus pada Sabtu 13 Juli 2019. Kemesraan yang berlanjut ke gerbong MRT hingga santap bersama di FX Sudirman.

Dalam kacamata melek politik, yang bertemu bukan cuma sosok Jokowi dan Prabowo. Kadang ruang politik diwarnai simbol-simbol. Kehangatan Jokowi-Prabowo di gerbong MRT sepanjang Lebak Bulus-Senayan pun bisa jadi simbol. Hanya mereka yang membayar tiket yang dapat turut dalam perjalanan.

Tak salah juga bila ada yang berpendapat bahwa pertarungan keduanya di Pilpres 2019 merupakan jalan memutar yang amat panjang untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan politik di antara kekuatan-kekuatan politik yang nyata.

Tentu saja pertemuan itu mengubah peta politik pasca Pilpres 2019. Jokowi dan Prabowo sudah menemukan katalisator politik yang membuka peluang-peluang baru ke depan. 

Informasi yang diterima menyebut faktor penghambat terwujudnya perjumpaan Jokowi-Prabowo selama ini adalah tiga purnawirawan jenderal di barisan Jokowi, Luhut-Wiranto-Moeldoko. Sebuah kontradiksi karena beberapa kali Luhut coba memainkan peran komunikator yang getol mempertemukan dua tokoh itu.

Sementara Jokowi yang kemenangannya di Pilpres menuai perlawanan sengit akibat banyaknya dugaan kecurangan, membutuhkan momentum. Momentum yang bisa meredam ketegangan, memperkuat legitimasi. Momentum itu tak lain adalah jabat tangan dengan bekas rivalnya.  

Belakangan terungkap peran Budi Gunawan (BG). Sejumlah media massa menyorot sosoknya di tengah pertemuan Jokowi-Prabowo. Sudah beberapa waktu sebelum pertemuan terjadi, terdengar kabar orang dekat Megawati itu sibuk kasak-kusuk demi terealisasinya "rekonsiliasi". Prabowo lebih bisa menerimanya. Bos intelijen negara itu hadir sebagai katalisator, mempercepat peristiwa yang sejatinya dinantikan baik oleh Jokowi maupun Prabowo. 

Kemesraan di gerbong MRT merombak pengelompokan politik pasca Pilpres 2019. Jokowi dan Prabowo telah menemukan formula baru yang akan menentukan komposisi koalisi maupun oposisi.  

Pertemuan di MRT menyentak loyalis Jokowi yang asyik menikmati kebuntuan politik. Sementara barisan pendukung Prabowo memprotes keras, bahkan mengalamatkan tuduhan khianat kepada sang junjungan.  

Tapi Jokowi dan Prabowo sedang menawarkan cara memandang politik: bertarung seperlunya, kompromi selebihnya. Jokowi tidak mau kerja-kerja strategis menuntaskan lima tahun terakhirnya terusik. Prabowo "siap membantu" dengan catatan-catatan penting. [md]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita