GELORA.CO - Prabowo Subianto memutuskan untuk bertemu dengan pesaingnya di Pilpres 2019, Joko Widodo. Tak sampai sebulan setelah bertemu di Moda Raya Terpadu (MRT), Prabowo juga menerima jamuan nasi goreng Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Tak sedikit dari para pendukung dan relawan Prabowo-Sandi yang menyayangkan agenda pertemuan ini. Mereka menilai rekonsiliasi Prabowo-Jokowi semestinya tak terjadi dan Ketua Umum Partai Gerindra itu tetap berada di kubu oposisi.
Menjawab hal itu, Wakil Ketua Umum Gerindra, Andre Rosiade, mengaku sudah menjelaskan kepada para pendukungnya mengapa pertemuan itu bisa terjadi. Di Dapilnya, Sumatera Barat, Andre memastikan pertemuan tersebut justru mencari solusi penangguhan penahanan sejumlah pendukung Prabowo-Sandi.
"Kita bisa lihat, 200 lebih pendukung kami bebas, penangguhan penahanan dikabulkan. Siapa yang lobi? Gerindra, Pak Prabowo, Gerindra yang menjadi penjamin penangguhan," ujar Andre, Minggu (28/7) malam.
"Lalu ulama kita juga masalahnya beres satu per satu, yang ditahan ditangguhkan, emak-emak Karawang segera bebas, emak-emak Batam bebas, gitu. Itu kan diurus, itu saya jelaskan kepada para pendukung di Sumbar, dan alhamdulillah mereka memahami, ternyata Pak Prabowo berjuang dan silaturahmi (ke Jokowi) untuk membela pendukungnya," sambungnya.
Sebelumnya, salah satu pihak yang mengaku terang-terangan kecewa dengan pertemuan Jokowi-Prabowo adalah Persaudaraan Alumni 212. Pertemuan tersebut dinilai sebagai preseden buruk.
Organisasi yang sejak awal mendukung Prabowo-Sandi itu merasa tidak sejalan dengan pertemuan yang dilakukan Prabowo dengan Jokowi. Kepala Divisi Hukum (Kadivhum) PA 212 Damai Hari Lubis menyatakan organisasinya kini tidak lagi mendukung Prabowo.
“Atas peristiwa pertemuan PS (Prabowo Subianto) dan JKW (Jokowi) kami sampaikan kepada PS, selamat tinggal PS,” kata Damai dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/7). [kp]