GELORA.CO - Ketidakpastian masih menyelimuti perekonomian global. Hal ini tentunya memberikan dampak negatif terhadap dalam negeri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ketidakpastian yang cukup besar ini membuat proyeksi ekonomi global tumbuh terbatas.
"2020 itu komoditas agak flat. Perang dagang yang belum terlihat perkembangan positifnya juga berpengaruh," jelasnya di Komisi XI DPR, Kamis (13/6/2019).
Sri Mulyani memberikan range asumsi 2020 yang menjadi acuan penyusunan RAPBN 2020. Berikut range asumsi makro untuk 2020 :
- Pertumbuhan Ekonomi 5,3-5,6%
- Investasi 7-7,4%
- Inflasi 2-4%
- Suku bunga SPN 3 Bulan 5-5,6%
- ICP US$ 60-70 barel per hari
- Lifting Minyak 695-840 ribu barel per hari
- Lifting Gas 1.091-1.300 ribu per hari
Untuk rupiah kenapa bisa mencapai range Rp 15.000/US$? Sri Mulyani pun memberikan penjelasannya. "Faktor perang dagang dan investasi," katanya.
"Kita memiliki defisit neraca berjalan yang menimbulkan konsekuensi nilai tukar rupiah berpengaruh. Faktor yang mendorong positif dampak ke nilai tukar adalah arah kebijakan moneter Fed yang akan melakukan penurunan suku bunga pada separuh tahun terakhir," tuturnya.
"Dan capital inflow karena perbaikan sentimen ekonomi Indonesia dengan rating meningkat dan daya tarik pertumbuhan Indonesia lebih tinggi dibanding negara emerging lain," tutup Sri Mulyani. [cnbc]