GELORA.CO - Gerai ritel Giant akan menutup enam toko miliknya yang ada di wilayah Jakarta, Depok, dan Bekasi pada 28 Juli 2019.
Sebelum ditutup, pihak pengelola menerapkan diskon besar-besaran untuk barang yang masih tersedia. Tutupnya gerai Giant menjadi pembicaraan banyak orang.
Bahkan, kata kunci Supermarket Giant Ditutup sempat menjadi trending di Google Trends pada Minggu-Senin (22-23/6/2019).
Terkait penutupan gerai Giant ini, ekonom senior, Rizal Ramli, mengklaim sudah meramalkannya pada 3,5 tahun yang lalu. Ia mengisahkan ramalan itu di Twitter-nya, Senin (24/6/2019).
Bahkan, Rizal Ramli mengaku pernah membicarakan ramalannya itu ke Presiden Joko Widodo alias Jokowi pada tahun 2016. Saat itu, Rizal Ramli masih menjabat sebagai Menko Kemaritiman.
Menurutnya, kebijakan ekonomi makro super konservatif itu tidak akan bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi yang mandek di angka 5 persen.
Tak hanya itu, Rizal Ramli juga menyoroti kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal austerity atau pengetatan anggaran.
Menurutnya, kebijakan tersebut hanya akan membuat senang kreditor utang dan investor asing.
Akibatnya, kata Rizal Ramli, daya beli masyarakat akan anjlok dan pertumbuhan ekonomi stagnan di angka lima persen.
Daya beli masyarakat juga berpengaruh pada harga aset yang rontok. Menurutnya, gerai Giant yang tutup adalah salah satu dampak dari kebijakan tersebut.
Selain itu, Rizal Ramli juga menyebutkan dampak lainnya seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.
"Hari ini sektor retail rontok: Giant tutup PHK, 80% Carrefour di jual ke Cina, Krakatau Steel PHK. Investor Cina pesta krn asset price anjlok. Terjadi pergantian pola kepemilikan! Jkw dikibuli," tulisnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, meminta tutupnya gerai Giant jangan dirisaukan.
Menurutnya, penutupan enam gerai perusahaan yang dimiliki oleh PT Hero Supermarket Tbk itu disebabkan tak kuat persaingan bisnis yang semakin ketat. Darmin menilai hal tersebut adalah normal.
"Itu hasil dari persaingan, kalau ada yang kalah dalam bersaing, itu normal," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Persaingan bisnis ritel modern, kata Darmin, semakin ketat. Pelaku industri bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.
"Jangan dirisaukan karena yang sana ada yang naik, sini ada yang turun," jelasnya.
Penyebab enam gerai Giant ditutup juga disampaikan oleh Wakil Ketua umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta.
Tutum mengatakan, gerai Giant tutup karena kerugian yang tak bisa ditutup oleh pengelola. Menurutnya, pengelola kalah bersaing dari kompetitor.
"Saya kira itu lebih kepada ketidakmampuan toko tersebut, jadi dia (Giant) tidak bisa menghidupi diri sendiri," katanya.
Tutum mengatakan, bila gerai yang ditutup itu masih mampu menutupi kerugian, tentu tidak akan ditutup walaupun tidak berkontribusi banyak terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Buka dan tutupnya suatu toko dalam usaha ritel, kata Tutum, adalah wajar. Bedanya, terletak pada skala tutupnya, yaitu sekaligus atau tidak sekaligus.
Munculnya toko online juga membuat persaingan bisnis semakin ketat. Menurutnya, toko online harus ditertibkan agar persaingan bisnis berjalan sehat.
"Terkait masalah letak, kita pastikan untuk re-chek letaknya, apakah konsumen di awal buka toko masih sama atau tidak. Kalau konsumennya berubah, dia harus berubah juga produknya. Lihat juga apa ada kesalahan dalam mengatur ritel atau bagaimana," katanya.
Sebelumnya, ada enam gerai Giant yang ditutup, yakni Giant Ekspress Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang Prapatan, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Wisma Asri, dan Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur.
Kini, diskon yang dikenakan Giant pada semua produk berkisar antara 5 persen hingga 50 persen. Berbagai spanduk pemberitahuan penutupan toko dan diskon disematkan di enam gerai Giant tersebut. [mc]