GELORA.CO - Nama ahli biometric software development, Jaswar Koto menyita perhatian saat hadir sebagai saksi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2019 yang digelar di Mahkamah Konstitusi (MK).
Jaswar yang dihadirkan kuasa hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membeberkan kerugian pasangan 02 yang diakibatkan oleh pola kesalahan input data di Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU.
Dalam keterangannya, Jaswar memaparkan mengenai pola kesalahan input data Situng KPU yang cenderung menggelembungkan jumlah perolehan suara pasangan Joko Widodo-Maruf Amin. Di satu sisi, pola itu mengurangi suara pasangan Prabowo-Sandi.
"Pola kesalahan hitung pada Situng mengacu pada penggelembungan suara 01 dan pengurangan pada (suara) 02," ujarnya dalam sidang Kamis (20/6) pagi.
Dia kemudian menjabarkan hasil analisa yang dilakukan. Dalam hal ini Jaswar menemukan ada 63 TPS yang terjadi kesalahan input data. Kesalahan yang dimaksud adalah adanya perbedaan antara data angka di situng dengan rekapitulasi formulir C1 milik KPU.
Berdasarkan analisa yang dilakukan, ada penambahan jumlah perolehan suara pasangan Joko Widodo-Maruf Amin sebesar 1.300 suara. Sementara suara pasangan Prabowo-Subianto dikurangi 3.000 suara.
"Ini pola kesalahan, meski KPU bilang sudah diperbaiki. Dua kali kami menganalisa polanya 01 dimenangkan, 02 diturunkan," terangnya.
Menurutnya, kesalahan ini berkorelasi dengan rekapitulasi berjenjang yang dilakukan KPU. Sebab, jumlah total suara pemilih pada situng dan rekapitulasi manual berjenjang menunjukkan angka yang sama.
Sorotan publik bukan hanya tertuju pada pemaparan Jaswar, melainkan juga tentang pertanyaan dari Ketua Tim Kuasa Hukum Joko Widodo-Maruf Amin, Yusril Ihza Mahendra tentang kompetensi Jaswar melakukan audit forensik data situng.
"Apakah bapak punya kewenangan untuk melakukan audit," tanya Yusril.
"Saya memang tidak pernah bekerja di Indonesia, (tapi) saya pernah membuat software untuk biometric system, misal fingerprint, jari dan mata," jawab Jaswar yang juga mengaku bisa membuat software pemalsuan uang.
Pertanyaan Yusril tidak cukup sampai di situ. Ketua Umum PBB itu turut menanyakan pendidikan yang pernah ditempuh oleh Jaswar dan pekerjaan yang digeluti.
"S1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), S2 di Notre Dame University (Australia), dan S3 di Osaka Prefecture University," terangnya.
"Keahlian saya engineering simulation menggunakan IT teknologi. Saya bekerja sebagai engineering, tapi lebih fokus menggunakan software development," tegasnya.
Selanjutnya, Yusril menanyakan mengenai sertifikat yang dimiliki Jaswar sehingga bisa dikatakan kompeten untuk melakuka audit IT.
"Sertifikat di Indonesia saya tidak punya," jawab Jaswar.
"Kalau di luar negeri," sambar Yusril
"Di luar negeri iya (ada). Sertifikat di bawah perusahaan," terang Jaswar.
Mendengar jawaban itu, Yusril pun tidak lagi menanyakan soal kompetensi Jaswar.
"Sudah dijawab, setuju tidak setuju persoalan lain," kata Yusril sembari mengalihkan ke pertanyaan lain. [rm]