GELORA.CO - “Ngeri coi.” Begitu komentar Kuasa Hukum pasangan Prabowo-Sandi, Bambang Widjoyanto menanggapi kesaksian yang diberikan oleh salah seorang saksi yang mereka hadirkan dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU).
Sidang PHPU yang digelar di Mahkamah Konstitusi (MK) kemarin (Rabu, 19/6) berakhir pada pukul 05.00 WIB tadi (Kamis, 20/6). Persidangan akan kembali digelar siang nanti, pukul 13.00 WIB untuk mendengarkan saksi dari kubu termohon dan terkait.
Salah seorang saksi yang dihadirkan kubu 02 adalah Hairul Anas Suadi, seorang calon anggota legislatif Partai Bulan Bintang (PBB) dari Madura. Dia juga merupakan keponakan dari mantan Ketua MK Mahfud MD.
Dalam kesaksiannya, Hairul Anas mengatakan pernah mengikuti pelatihan saksi pilpres yang diselenggarakan Tim Kampanye Nasional (TKN) kubu 01.
Dari kesaksian yang disampaikan Hairul Anas, menurut Bambang Widjoyanto dalam wawancara dengan salah seorang jurubicara 02, Vasco Ruseimy, untuk akun Youtube Macan Idealis, ada tiga hal utama yang harus digarisbawahi.
Pertama, tentang pernyataan dalam materi pelatihan yang disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bahwa kecurangan adalah bagian dari demokrasi.
Kedua, dalam pelatihan itu peserta training pemenangan juga diminta untuk menggunakan kalimat-kalimat yang mengatakan pasangan Prabowo-Sandi adalah ekstrim dan radikal. Materi ini disampaikan oleh Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristianto dan Gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo.
Terakhir adalah pernyataan bahwa struktur pemerintah harus dikuasai untuk kemenangan pasangan capres-cawapres Jokowi-Maruf Amin.
“Makin dinihari kok makin on fire,” ujar Bambang.
“Maksudnya apa kata-kata ini? Apakah maksudnya menjustifikasi lu boleh melakukan kecurangan dalam proses demokrasi, atau ini sekadar wacana saja?” sambung Bambang.
Dia mengatakan, isu kecurangan sebagai bagian dari demokrasi ditempelken dengan pernyataan perang total.
“Di dalam presentasi itu juga dikatakan ada medan peperangan. Ada situasi perang yang dibangun melalui diksi-diksi di dalam training sebagai motivasi dan dikemukakan pejabat-pejabat publik. Ngeri coi. Ngeri,” ujar Bambang. [md]